Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lagu Itu Bukan Milik Kita Lagi Jack

28 Maret 2020   13:13 Diperbarui: 28 Maret 2020   13:45 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang ini agak terik. Matahari seakan ingin menghabiskan sisa embun semalam yang mendekam di daun-daun. Arsinta masih saja diliputi kemarahan. Kemarahan atas WA perempuan yang begitu mesra kepada suaminya. Masih ingat betul kalimat yang penuh rayu itu dalam pikir dan menari-nari di dalam matanya. Semua begitu terasa menyakitkankan. Hal itu yang membuat ia harus pergi dari rumah. Putri semata wayangnya dibawanya. HP suaminya pun dibawanya. Tak taulah apa yang akan dilakukan. Mau bercerita dengan ibunya ia malu, sebab dulu ia menikah tanpa restu orang tuanya.

Dibukanya lagi HP suaminya. Masih ada pesan dari cewek yang semalam. Charista. Benar-benar pengganggu suami orang. Dia ulangi membaca kalimat dalam WA itu.

"Mas Jack, Charista rindu. Ingin rasanya mengulang seperti minggu lalu. Menikmati pemandangan di villa itu hanya kita berdua. Aku rindu desahmu yang menyentuh bibir Charista."

Arsinta terhenyak saat membaca pesan Charista di WA itu. Serasa ada sejuta duri menghunjam hatinya. Dia langsung tutup HP suaminya. Dimasukkannya semua pakaiannya di koper. Digendongnya anaknya. Pesen taksi online dan berangkat menuju rumah ibunya.

Sore ini senja mengirim mendung di langit. Ibu Lilik, ibunya Arsinta membawakan tape goreng ke ruang tengah. Davis cucunya suka sekali tape goreng. Arsinta juga. Tapi dilihatnya tak seperti biasanya Arsinta murung dan dan tak banyak cakap. "Ada apa Sin? Sepertinya tak biasa kamu pulang sendiri. Wajahmu juga murung. Ceritakan pada ibu kita cari solusinya." Tanya bu Lilik dengan sabar, seperti saat Arsinta masih kecil.

"Aku BT buk, aku marah, aku diduakan buk. Ternyata mas Jack yang baik itu hatinya terbagi buk. Aku tak sanggup." Suara Arsinta membelah senja di hati ibunya. Sore itu ditumpahkan segala kesalnya pada wanita paruh abad yang selama ini dianggap sebagai salju setiap kebakaran jiwanya.

"Semua permasalahan rumah tangga itu harus diselesaikan dengan cara bijak nak. Tidak boleh mengambil jalan pintas seperti ini. Sebaiknya kau bicarakan ini dengan suamimu baik-baik. Ingat kau sudah memiliki anak harus memahami bahwa setiap permasalahan itu jika penyelesaiannya tidak bijak bisa berpengaruh buruk pada anak." Ibu menasihati Arsinta.

Antara menuruti dan amarah dalam hatinya perang. Arsinta tidak bisa berfikir. Kenapa dulu ibunya sangat tidak setuju dengan pernikahannya kini berubah drastis malah membela bang Jack.

Belum selesai kabut di hatinya yang berputar putar. Terdengar panggilan nada dering telepon di HP suaminya dengan ringtone cinta terbaik. Lagu itu dulu kesukaan mereka. Arsinta dan Jack. Mereka bertemu dalam acara perkenalan produk makanan hewan yang digelar dipameran peternakan di kampusnya. Waktu itu Jack sebagai pengusaha hadir untuk menandatangani kerjasama dengan Kampus untuk pengembangan peternakan dan makanan hewan ternak di kampusnya. Dan Arsinta adalah Duta Kampus yang fokus penelitian di bidang makanan hewan. Dari menu hewan sapi inilah hati mereka terjatuh di tempat yang sama yaitu Kampus Brawijaya Malang.

Berkali-kali lagu itu memanggilnya tapi tak dihiraukan. Akhirnya bu Lilik harus turun tangan menerima telepon dari Jack. "Hallo, ini ibu, ada apa Jack?" Tanya bu Lilik. Telepon dari kantor Jack itu diterimanya dengan tenang. "Jack boleh tanya Bu?" suara Jack dari seberang? "Boleh-boleh nak." Suara bu Lilik berwibawa. "Apakah Arsinta ada di rumah ibu? Aku ingin menjemputnya dan membicarakan kesalahpahaman ini berdua, boleh ya bu?" tanya Jack dengan sopan. "Boleh-boleh nak, silakan nanti Davis biar ibu ajak keluar ya. Silakan ke rumah." jawab b Lilik singkat.

Ibuk! Teriak Arsinta. "Jangan membantah ibu, meski ibu dulu tidak setuju, karena kamu belum lulus kuliah, tapi sekarang beda. Ibu harus mendukung perdamaian kalaian berdua. Kasihan anakmu kalau kau bertengkar terus. Kalau kau mampu memaafkan dan Jack mau berubah kenapa harus berpisah. Hidup ini banyak ujian. Apa lagi untuk seorang lelaki yang ganteng dan sekaya suamimu. Anakmu akan kuajak keluar. Selesaikan dengan bijak masalahmu jangan dengan kemarahan." Pesan ibunya arsinta seakan memberondong perasaan Arsinta dan membuatnya tak berkutik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun