Mengapa Bola Harus Menyisakan Kisah Pilu
Ini semua anakku, anak bangsa
Tak pernah aku mengajarkanmu untuk menghujat
Tak pernah aku memerintahkan kalian untuk merusak
Kepedihan hati ini tak terlukiskan
Kulihat wajah-wajah kalian di media masa
Begitu beringas
Hatiku sampai bertanya ini wajah siapa
Benarkah ini wajah anakku, anak bangsaku
Wahai anakku yang mulia
Lupakah kau, bahwa kau diciptakan sangat mulia
Tidak pernahkah dalam hati kecilmu
Membayangkan, bahwa yang bergelimangan darah itu nanti anak-anak bangsa berikutnya adalah darah dagingmu sendiri
Sepeda, rumah, mobil, semua ada tokonya anakku
Tapi nyawa? Di mana kau membelinya
Mengapa kau lebih sadis dari malaikat maut? Mengapa?
Air mata deras, mengalir memenuhi dada bunda, juga bunda pertiwi
Bumi kita panas oleh api dendamu yang tak kunjung padam
Bumi ini anyir oleh darah-darah permusuhan
Setiap mata ketakutan oleh terormu yang tak karuan
Anakku, anak-anak bangsa
Ketika kecil bermain bola di tanah lapang bekas panen padi
Sederhana, tapi tak ada permusuhan
Sekarang kau sudah dibangunkan gedung menjulang
Mengapa jiwa-jiwa kalian menjadi kerdil
Mengapa? Air mataku tak kuasa keluar
Hingga terpecahlah pembuluhnya olehmu
Jika bola berujung api
Jika bola berisi dendam
Jika bola berujung belati
Jika bola bisa membunuh saudaramu sendiri
Hentikan! Buang bolamu di laut segitiga bermuda
Kita bermain kelereng saja, tapi kau saling mengasihi, kau takut kelerengmu menjatuhi jempol temanmu sendiri
Jika bola bisa merusak fasilitas negeri, buang bolamu di langit agar jatuhnya menjadi hujan yang menyuburkan bumi
Ini hanya tangis, seorang ibu yang tak mengerti bola
Tahunya hanya memasakkanmu agar kau kenyang dan menjadi anak yang kuat