Wahai diri, izinkanlah aku meninggalkan pesan untukmu dalam bait tulisanku yang tak seindah surga dan tak semerdu suara alam. Pun, pula diriku yang hanya serpihan debu di alam semesta ini, bukanlah mutiara yang bisa mempesona siapa saja yang menyibakkan kulitnya.Â
Hanya setetes kotoran yang diciptakan tumbuh dengan sempurna oleh Sang Khalik. Sungguh syukur tiada bertepi atas segala limpahan karuniaNya.
Wahai diri, jika kau mendapatimu lima tahun kemudian, bagaimanakah kondisimu? apakah engkau masih sesosok jasad lincah yang menerbitkan cinta semerbak pada dunia? atau sekarang engkau adalah seonggok jasad penghuni tanah.Â
Kau tak kan pernah bisa mengetahui akan seperti apa dirimu kelak, lima tahun kemudian.
Manusia hanya bisa berencana setahun, dua tahun, tiga tahun, empat tahun, 5 tahun atau bahkan berpuluh tahun kemudian untuk menikmati udara di muka bumi, tapi hanya Sang Penggenggam Jiwa yang bisa memutuskan segalanya.Â
Akankah hidup selamanya atau boleh jadi dalam detik ini berakhirlah waktu menjejakkan kaki di bumi milikNya.
Wahai diri, engkau hanya seonggok jasad yang ditiupkan ruh oleh Tuhanmu.
 Itu takkan berubah, kini maupun nanti.Â
Kau tetaplah makhluk Tuhan yang lemah, Yang bisa kapan saja Allah hentikan nikmat maupun deritamu.
Wahai diri, kau sekarang yang telah beranjak meninggalkan usia mudamu.Â
Banyak pesan Rabb Pencipta bagi makhluk seusiamu kini.Â