Mohon tunggu...
Ria Fachria
Ria Fachria Mohon Tunggu... Novelis - Menulis, menghargai diri dalam kata

Seorang penulis yang masih belajar mengeja kata baik sebagai Content Writer, Ghost writer, dan penulis novel anak dan dewasa. Penulis menyukai budaya, alam dan segala senti ciptaan Tuhan di jagad raya yang terbentang luas ini.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nasihat Jiwa

5 Oktober 2020   12:00 Diperbarui: 5 Oktober 2020   12:08 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai diri, izinkanlah aku meninggalkan pesan untukmu dalam bait tulisanku yang tak seindah surga dan tak semerdu suara alam. Pun, pula diriku yang hanya serpihan debu di alam semesta ini, bukanlah mutiara yang bisa mempesona siapa saja yang menyibakkan kulitnya. 

Hanya setetes kotoran yang diciptakan tumbuh dengan sempurna oleh Sang Khalik. Sungguh syukur tiada bertepi atas segala limpahan karuniaNya.

Wahai diri, jika kau mendapatimu lima tahun kemudian, bagaimanakah kondisimu? apakah engkau masih sesosok jasad lincah yang menerbitkan cinta semerbak pada dunia? atau sekarang engkau adalah seonggok jasad penghuni tanah. 

Kau tak kan pernah bisa mengetahui akan seperti apa dirimu kelak, lima tahun kemudian.

Manusia hanya bisa berencana setahun, dua tahun, tiga tahun, empat tahun, 5 tahun atau bahkan berpuluh tahun kemudian untuk menikmati udara di muka bumi, tapi hanya Sang Penggenggam Jiwa yang bisa memutuskan segalanya. 

Akankah hidup selamanya atau boleh jadi dalam detik ini berakhirlah waktu menjejakkan kaki di bumi milikNya.

Wahai diri, engkau hanya seonggok jasad yang ditiupkan ruh oleh Tuhanmu.

 Itu takkan berubah, kini maupun nanti. 

Kau tetaplah makhluk Tuhan yang lemah, Yang bisa kapan saja Allah hentikan nikmat maupun deritamu.

Wahai diri, kau sekarang yang telah beranjak meninggalkan usia mudamu. 

Banyak pesan Rabb Pencipta bagi makhluk seusiamu kini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun