Mohon tunggu...
Ria Fachria
Ria Fachria Mohon Tunggu... Novelis - Menulis, menghargai diri dalam kata

Seorang penulis yang masih belajar mengeja kata baik sebagai Content Writer, Ghost writer, dan penulis novel anak dan dewasa. Penulis menyukai budaya, alam dan segala senti ciptaan Tuhan di jagad raya yang terbentang luas ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saat Ibu Mengajak Balita ke Supermarket

4 Oktober 2020   08:00 Diperbarui: 4 Oktober 2020   08:11 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pergi berbelanja ke supermarket untuk membeli kebutuhan harian sudah jamak dilakukan oleh para ibu. Dalam kegiatan hariannya, para ibu ini terkadang sering mengajak balitanya ikut serta ke supermarket.

Tentu saja sebagai anak balita, minta dibelikan sesuatu sudah menjadi kebiasaan mereka. Biasanya, anak-anak ini akan minta sesuatu hal yang menarik di mata mereka.

Sejenis makanan ringan seperti cheetos, lays dan lainnya biasanya tak luput dari pilihannya. Begitu juga susu-susu yang dikemas dalam kota-kota kecil. Itu juga menarik perhatian.

 Namun, sekarang bukan cemilan seperti itu saja yang menarik perhatian mereka. Ada pula mainan yang diletakkan di dekat kasir atau pintu masuk, itupun tak luput dari perhatian si anak.

Bersyukurnya si ibu, kalau mainan itu cuma berharga seribu atau dua ribu. Tapi bagaimana kalau mainan itu harganya lebih dari itu? Bahkan kadang belasan ribu? Dan si anak selalu meminta itu saat ikut berbelanja. 

Tentu hal ini sangat menganggu sekali. Dan, ini bisa membuat si ibu kerepotan meyakinkan balita mereka saat berbelanja. Saat meyakinkan itu, otomatis bagian tempat si ibu dan anak yang berdiri di situ akan sulit dilalui orang lain. Dan itu membuat orang lain terganggu.

Barangkali ada ibu yang merasa tidak enak. Untuk mempersingkat waktu, ia langsung membeli saja tanpa mengindahkan jumlah uang yang dimiliki. Tapi bagaimana bila si ibu itu cuma punya uang pas-pasan. Hanya cukup untuk membeli kebutuhannya saja dan beberapa cemilan untuk si anak. 

entu hal ini akan membuatnya sedih dan kesal. Belum pula mainan itu sudah pernah dimiliki si anak. Karena saat ke supermarket, si anak selalu minta dibelikan itu. Hal ini akan menambah konflik.

Dan, jika terus berlanjut, itu akan membuat para pelanggan yang notabenenya ibu-ibu mencari supermarket atau swalayan yang tidak meletakkan mainan di bagian depan.

Tetapi, belakangan penulis memperhatikan semakin banyak berjamurnya supermarket atau swalayan yang kurang berempati terhadap kondisi keuangan ibu-ibu yang berbelanja. 

Mereka tanpa merasa bersalah memindahkan mainan yang biasanya diletakkan entah di mana itu ke bagian depa dekat pintu supermarket. Hal ini kerap menganggu para ibu yang kadang-kadang hanya mempunyai dana pas-pasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun