Mohon tunggu...
Nalar Keropos
Nalar Keropos Mohon Tunggu... Penulis - Dianggap Introvert tapi sering merasa Ekstrovert

Suci yang tidak bersih adalah kertas tanpa coretan kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Sayyang Pattu'duq, Pertunjukan yang Mengharuskan Anda untuk Berkunjung ke Kampung Kami

20 Februari 2020   20:28 Diperbarui: 21 Februari 2020   11:12 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Mencintai Rasulullah adalah kesempurnaan iman." Ungkap Abu Yahya Badrussalam, Lc.

Tentu ada banyak cara untuk mengungkapkan kecintaan kita kepada Rasulullah. Misalnya Kita melakukannya dengan melalui lantunan shalawat terhadap beliau, membacakan kisah-kisahnya, meneladani tindak-tanduk perilakunya, dan masih banyak lagi cara-cara pengungkapan yang lainnya. 

Yang pastinya, jika anda mengaku sebagai ummat beliau dan mencintai sosoknya yang begitu mulia maka anda tentunya memiliki cara tersendiri untuk mengekspresikan kecintaan anda terhadapnya. Entah itu dengan bershalawat kepada beliau atau dengan membacakan kisah-kisahnya itu terserah anda.

Di kampung saya, tanah Mandar, yang berada tepat di Provinsi Sulawesi Barat tentunya juga memiliki model tersendiri untuk mengungkapkan kecintaan kepada Rasulullah. Mungkin anda belum pernah mendengarnya. 

Iya, sayyang pattu'duq adalah namanya, itu adalah sebutan dalam bahasa Mandar. Kalau dalam bahasa indonesianya bisa diartikan dengan kuda menari, yang akan diadakan setiap kali bulan Rabi'ul Awal tiba untuk memperingati hari kelahiran Rasulullah. Yaitu kuda yang berbaris rapi sesuai dengan nomor platnya masing-masing yang sudah ditentukan oleh para panitia penyelenggara. 

Lalu di atas punggung kuda itu ditunggangi oleh satu atau dua orang yang dianggap sudah tamat menyelesaikan bacaan qur'annya. Mayoritas dari para penunggang kuda itu adalah gadis-gadis Mandar yang masih sangat belia dan hanya sedikit dari kalangan remaja laki-laki.

Tidak hanya sampai di situ, lantunan musik rebana juga akan memanjakan telinga setiap penonton dan akan terdengar di mana-mana yang mengiringi jalannya kuda. 

Lalu kuda-kuda itu dengan lihainya akan menggerakkan kepalanya dengan pola naik turun yang mengikuti irama musik rebana. Hal inilah kemudian mengapa dinamai dengan sayyang pattu'duq atau kuda menari. Dan tidak lupa pula dengan pembacaan puisi yang akan semakin menambah kemeriahan acara. 

Dalam bahasa Mandar kalinda'da adalah nama puisi yang dibacakan itu. Pembacaan puisi itu ditujukan kepada mereka yang sudah selesai menamatkan bacaan qur'annya. Kemudian kuda-kuda itu akan diarak mengelilingi kampung sekitar yang biasanya berakhir di sekitar area mesjid. Jumlah kudanya juga cukup terhitung banyak, mulai dari puluhan ekor kuda sampai dengan ratusan.

Sungguh pertunjukan yang sangat meriah. Apa yang saya gambarkan di atas tentang sayyang pattu'duq hanyalah serpihan-serpihan kecilnya saja. Mungkin anda tidak merasakan sisi kemeriahannya, namun hal itu akan berbeda bila anda yang secara langsung ikut serta untuk menyaksikannya. 

Anda tidak akan menyesal bila anda meluangkan waktu anda untuk hadir menyaksikan sayyang pattu'duq di kampung saya. Anda tidak perlu khawatir rumah siapa yang akan anda singgahi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun