Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Perpustakaan yang Inovatif

9 Desember 2017   05:23 Diperbarui: 12 Desember 2017   07:58 10027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minat baca masyarakat Indonesia hanya terbatas pada membaca koran dan majalah. Padahal minat baca yang dimaksud adalah minat membaca buku yang memuat pengetahuan yang bisa menyebabkan masyarakat menjadi lebih cerdas atau mampu bersaing dan setaraf dengan masyarakat negeri lain di bidang apa saja di dunia internasional.

Lalu Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006 menyebutkan, bahwa masyarakat Indonesia lebih suka menonton TV (85,9%) dan mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).

Rendahnya minat baca di Indonesia juga ditunjukkan melalui Indikator jumlah buku yang diterbitkan. Jumlahnya memang masih jauh di bawah penerbitan buku di Malaysia, Singapura, apalagi India, atau negeri-negeri maju lainnya (link).

Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia lebih kentara lagi dalam rendahnya angka kunjungan ke perpustakaan. Masyarakat, pelajar dan mahasiswa "ogah" datang ke perpustakaan-perpustakaan setempat, karena beberapa alasan.

Beberapa survey menyebutkan, rendahnya minat masyarakat berkunjung ke perpustaaan disebabkan oleh salah satunya adalah konsep perpustakaan yang monoton dan kurang inovatif. Ini memang menjadi pemandangan di semua perpustakaan di Indonesia yang nampaknya dibuat dengan desain resmi dan identik dengan keseriusan, suasana tenang, dan membosankan. Tidak heran ini menjadi penyebab masyarakat tidak memiliki minat baca yang tinggi atau malas untuk mendatangi perpustakaan.

Minat baca masyarakat Indonesia yang rendah merupakan masalah pokok yang harus segera diselesaikan. Beberapa  teori mencoba menjelaskan apa yang menjadi penyebab.

Pertama, sistem pembelajaran di Indonesia belum "mewajibkan" anak-anak, siswa, mahasiswa harus membaca buku, mencari informasi atau ilmu pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat, sastra dan sebagainya.

Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku.

Ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, night club, mall, supermarket.

Keempat, budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita.

Kelima, para ibu, saudari-saudari kita senantiasa disibukkan berbagai kegiatan upacara-upacara keagamaan serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, sehingga tiap hari waktu luang sangat minim bahkan hampir tidak ada untuk membantu anak membaca buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun