Mohon tunggu...
Rhmn Jwt
Rhmn Jwt Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa jurusan ilmu komunikasi

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Hebat, Dua Orang Nenek Tua Penjual Satai di Pinggir Jalan di Masa Pandemi

4 Desember 2021   11:01 Diperbarui: 4 Desember 2021   11:11 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua orang nenek tua yang bernama nenek Karsih dan nenek Maryam yang tetap berjualan di masa pandemi untuk membantu kehidupan sehari-hari (Dokpri)

Siapa sangka, dua orang nenek tua yang seharusnya menikmati masa tuanya untuk tetap dirumah ini harus bekerja keras mencari uang untuk menafkahi keluarganya. Menjual satai ayam dan lontong adalah satu-satunya mata pencaharian nenek Karsih dan nenek Maryam, dengan berdagang satai setidaknya mereka bisa menyambung kehidupan untuk keluarganya. Walaupun sudah menginjak usia jompo, kedua nenek ini tidak pernah mengeluh karena harus mencari uang. Rasa lelah sudah bersahabat dengannya, namun kedua nenek ini tidak pernah mengeluh sedikit pun.

Nenek Karsih yang saat ini menginjak pada usia 61 tahun dan nenek Maryam yang menginjak usia 56 tahun menjual satai ayam dari siang hari sampai malam hari. Di masa pandemi saat ini, kesulitan ekonomi pun juga sering melanda kedua nenek tua yang sedang berjuang mencari nafkah. Harga bahan pangan yang tidak stabil menjadi salah satu masalah yang sering menimpa kedua nenek ini. Belum lagi para pembeli di masa pandemi ini tidak stabil dan sebanyak hari biasanya. Bahkan, pada bulan April di tahun 2020 saat pandemi, dagangan keduanya tidak ada yang membeli sama sekali dikarenakan tempat wisata yang ditutup untuk mencegah pandemi corona. Hal ini yang menyebabkan dua nenek ini sulit untuk berjualan.

Kadang-kadang kedua nenek ini saat masa pandemi terpaksa tidak berjualan untuk sementara karena penerapan PPKM di kota Yogyakarta yang sangat ketat. Mereka bahkan pernah di usir Satgas Covid-19 karena memaksakan diri untuk berdagang di masa pandemi yang sedang genting-gentingnya. Untungnya mereka terbantu oleh bantuan sosial walaupun biasanya bantuan sosial tersebut hanya mampu bertahan hingga dua minggu saja.

“Waktu dagangan saya gak laku, saya sempet takut. Takut gak bisa ngasih nafkah buat keluarga. Belum lagi cucu saya yang butuh banyak biaya untuk mengikuti kelas daring, karena saat ini semua sekolah mengadakan kelas daring dan membutuhkan HP untuk mendapatkan informasi.” Ungkap nenek Karsih.

Nenek Karsih memang bukan tulang punggung keluarga, namun jika mengandalkan uang dari suaminya yang hanya bekerja sebutan tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya di tengah kondisi perekonomian keluarga yang masih kekurangan. Nenek Karsih pun tidak tega jika suaminya saja yang mencari uang sedangkan dia hanya santai-santai di rumah, dari pada hanya berdiam di rumah saja, nenek Karsih memilih untuk berjualan satai di depan Komplek perumahan.

Tak berbeda jauh dengan nenek Karsih, nenek Maryam yang bekerja di masa pandemi untuk menghidupi keluarganya dan membantu pengobatan suaminya. Nenek Maryam benar-benar tulang punggung keluarga, mata pencaharian keluarga nenek Maryam hanya dari berjualan satai ayam dan lontong saja. Kehidupan yang sulit membuat nenek Maryam lebih menghargai kehidupannya, kehidupan yang sulit tak membuat nenek Maryam menyerah sedikit pun. Kehidupan yang sulit adalah motivasi nenek Maryam untuk semakin giat dalam berjualan satai ayam ini.

“Saya gak mau ngeluh, ngeluh gak bikin saya kaya. Satu-satunya bikin saya kaya adalah dengan saya giat berjualan. Kalau saya ngeluh terus masalah keuangan yang ada semakin membesar bukan malah semakin teratasi” Kata nenek Maryam

Penghasilan dari menjual satai ayam dan lontong ini biasanya hanya sampai Rp. 60.000 dalam sehari. Namun, jika sedang ramai-ramainya bisa mencapai Rp. 100.000 sehari. Namun, pada saat masa pandemi dengan level PPKM yang tinggi yaitu berada diangka 3, penghasilan kedua nenek ini hanya mencapai Rp. 40.000 saja perhari. Penghasilan ini memang tidak terlalu banyak, namun kedua nenek ini tidak pernah mengeluh atas hasil yang didapatkannya dan selalu terima dengan senang.

“Saya gak pernah mengeluh dengan hasil jualan yang didapatkan, berapa pun jumlahnya saya tetap bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan saya dan keluarga rezeki lewat jualan satai ini.” Ungkap nenek Karsih.

Di pagi hari nenek Karsih dan Nenek Maryam ini mendatangi tempat berdagang dengan membawa alat-alat dagang seperti tempat arang, lontong, ayam, keranjang, kertas nasi, tusuk satai, segala bumbu untuk satai, dan lain-lain. Mereka berjalan kaki untuk menuju ke tempat jualan, padahal jarak dari rumah ke tempat berjualan yang berlokasi di depan pasar Beringharjo ini lumayan jauh. Mereka juga sering berpindah-pindah tempat sambil membawa alat-alat dagang mereka yang cukup berat dengan jalan kaki, mereka memilih tetap berjalan kaki untuk menghemat pengeluaran, dua nenek ini menganggap jalan kaki sebagai rutinitas olahraga mereka sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun