Mohon tunggu...
Rheni Bedste
Rheni Bedste Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Individualis, "Kompor" Pemecah Persatuan Bangsa

3 Agustus 2018   16:35 Diperbarui: 3 Agustus 2018   16:52 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tak jarang sifat individualis menjadi kontroversi tersendiri bagi kehidupan bermasyarakat. Entah memang bertipikal tak acuh terhadap lingkungan sekitar atau tak memiliki pemahaman arti manusia sebagai makhluk social. Mereka yang mengatasnamakan kebebasan hidup dan hak asasi atas apapun yang mereka kerjakan dalam kesehariannya.

Etika dan adab pun menjadi masalah kesenjangan. Tak lagi mementingkan "kerukunan" melainkan "kepentingan" untuk "kerukunan". Alih-alih mencapai "kerukunan", justru terus memupuk keburukan. Hedonisme lebih tepatnya. Sesiapapun itu berbondong-bondong menggunakan topeng "kemanusiaan" yang semata sama sekali tak berfaedah.

Lihatlah, hanya segelintir manusia yang tak memperlihatkan "kepunyaannya". Toh, untuk apa? Bisakah kita memamerkan lalu yang lain tak ikut jua? Ini jaman millennial. Sungguh teramat keras jika pakai teori tahun 1990 an. Dimana menciptakan kerusuhan untuk menemukan kebenaran, bukan memulai kerusuhan untuk merusak kebenaran.

Yang nampak, estetika dibuat nyeleneh dari awalnya. Tak lagi penalaran dalam seni kehidupan, selain keangkuhan dibalik topeng . Ibarat, jangankan seorang celaka, sekaratpun mungkin tak ada yang peduli.

Jangan salahkan ibu yang mengandung atau ayah yang mendidik. Pada dasarnya orang tua berperan sama dan sepemikiran. Mencetak generasi turunan yang notabennya memberikan kemudahan untuk sekitarnya, minimal tak membuat masalah baru diatas masalah yang sudah ada. Apalagi ibu pertiwi, tempat lahir daan menetap. Dua objek yang tak seharusnya dikambing hitamkan termasuk petinggi dan abdi negara.

Kemanakah jiwa tolong menolong sebagai makhluk yang mengaku ber-Tuhan? Beriman?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun