Asal Usul Budaya
        Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti buddhayah. Diartikana sebagai hal-hal berkaitan dengan budi dan akal manusia. Berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau merngerjakan. Dalam Islam, istilah ini disebut dengan adab. Islam telah menggariskan adab-adab Islami yang mengatur etika dan norma-norma pemeluknya. Adab-adab Islami ini meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Tuntunannya turun langsung dari Allah SWT. Sebelum kedatangan agama Islam yang berkembang di tengah masyarakat Arab ketika itu adlaah budaya jahiliyyah. Di antara budaya jahiliyah yang dilarang oleh Islam, misalnya tathayyur, menisbatkan hujan kepada bintang-bintang.
        Ketika ada ajaran Islam yang dianggap bertentanagan dengan budaya local, maka ajaran Islam harus mengalah. Budaya adalah segalanya. Semuanya bertentangan dengan budaya menjadi tak layak untuk diamalkan. Dimana budaya saat ini menjadi perkara yang dinamis. Budaya berubah mengikuti trend atau gaya mutakhir dari sedikit orang yang berkarya (Arnold Tiynbee) menyebutnya minoritas kreatif), yang mampu menawarkan kekreatifitasan baru.
        Islam pun mengajarkan bahwa perubahan budaya dapat dilakukan secraa bertahap. Seperti ketika Islam mengubah budaya minum khamr di kalangan bangsa Arab. Tapi tidak semua budaya ditolak Islam, Islam hanya mengharamkan apa yang diharamkan oleh Qur'an dan hadist dan perkara yang diharamkan tersebut sejatinya jauh lebih sedikit disbanding yang dihalalalkan. Demikian dengan budaya, budaya adalah perkara yang luas, praktik budaya lokal yang bertentangan dengan Islam jauh lebih sedikit dibanding yang dihalalkan juga. Sehingga ketika ada ajaran Islam yang dianggap bertentangan dengan budaya local, maka angkat ajaran Islam yang sejalan dengan budaya local. Sembari secara bertahap melakukan gerak perubahan, dimulai dari kelompok kecil yang berkonsisten dan  menghasilkan karya.
        Jika dilihat dari sudut pandang Islam, Al-Qur'an sebagai pedoman hidup telah menjelaskan begaimana kedudukan tradisi (adat-istiadat) dalam agama itu sendiri. Karena nilai yang termaktub dalam sebuah tradisi dipercaya dapapt menghantarkan keuntungan, kesuksesan, kelimpahan, keberhasian bagi masyarakat tersebut. Akan tetapi eksistensi adat istiadat tersebut juga tidak sedikit menimbulkan  polemic jika ditinjau dari kacamata Islam. Islam sebagai agama yang syariatnya telah sempurna berfungsi untuk mengatur segenap makhluk hidup yanga da dibumi dan salah satunya manusia.
Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapi hal seperti ini?
        Adanya syariat tidak berupaya menghapuskan tradisi/ adat istiadat, Islam menyaringi tradisi tersebut agar setiap nilai-nilai yang yang dianut dan aktualsasikan oleh masyrakat setempat tidak bertolak belakang dengan syariat.sebab tradisi yang dilakukan oleh setiap suku bangsa yang notabene beragama Islam tidak boleh menyelisihi syariat. Karena kedudukan akan tidak akan pernah lebih utama dibandingkan wahyu Allah SWT.  Keyakinan Islam sebagai agama universal dan mengatur segala sendi-sendi kehidupan bukan hanya pada hubungan transdental antara hamba dan pencipta jugaaspek hidup lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya, politik, dll. Oleh karena itu, sikap syariat syariat Islam terhadap adat-istiadat senantiasa mendahulukan dalili dalam Al-Qur'an dan Hadist diibanding adat atau tradisi.