Mohon tunggu...
rhaina sarah athaya
rhaina sarah athaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Rhaina Sarah Athaya (202010230311404) - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Amarah Orangtua yang Berlebihan terhadap Kondisi Mental Anak

23 Juni 2021   15:48 Diperbarui: 23 Juni 2021   16:09 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Membesarkan seorang anak adalah salah satu tantangan tersendiri bagi orang tua, karena hal ini bukan sebuah tugas yang mudah. Ketika seorang anak melakukan sebuah kesalahan, sebagian orang tua akan langsung reflek memarahi anak tersebut bahkan sampai berteriak sangat keras. Menurut salah satu penelitian dari Hansten dan Washburn yang diterjemahkan oleh Tjandrasa (2001:94) berpendapat bahwa marah adalah "Harapan yang tidak terpenuhi". Terkait dengan harapan orang tua kepada anaknya yang tidak terpenuhi, hal inilah yang menjadi dorongan kuat orang tua untuk marah pada anaknya dengan melampiaskan setumpuk kekesalannya sebagai bentuk kekecewaan atas ketidaksesuaian harapannya terhadap anak.
 Orang tua hendaknya menempatkan dirinya agar bisa seperti anak-anak saat bersama si kecil. Karena memarahi adalah cara mendidik yang paling buruk. Dalam islam juga disebutkan memarahi anak yang berlebihan itu dilarang.
Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ali (AS) "Siapa saja yang memiliki anak harus melatih membawa diri mereka ke tingkat masa kecil mereka,".
Menurut Islam, salah satu ciri-ciri orang beriman adalah yang perkataannya baik, lembut dan hikmah. Perkataan yang tidak baik, kasar dan jauh dari hikmah bukanlah merupakan sifat orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Salah satu adab buruk dalam berbicara adalah suka berteriak dan meninggikan suara, seperti yang  dinasihatkan oleh Luqman al-Hakim kepada anaknya yang terdapat dalam Al-Qur'an, "dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai." (QS Luqman: 19).
Untuk itu memarahi anak secara berlebih harus dihindari. Hal ini bukannya membuat anak memahami apa kesalahannya, malah memberikan dampak negatif terhadap perkembangan mental anak. Salah satu dampak dari seringnya memarahi anak yaitu:
1. Anak menjadi penakut dan tidak percaya diri
Ketika anak melakukan sebuah kesalahan, Orang tua hendaknya menasihatinya bukan memarahinya. Ketika Orang tua marah, Anak mungkin akan diam. Namun, ia diam karena merasa takut dan terancam. Hal tersebut dapat menyebabkan Anak menjadi pribadi yang penakut. Selain itu, ketika anak terlalu sering dimarahi juga dapat menurunkan rasa percaya diri lantaran Anak akan merasa apa yang ia lakukan selalu salah di mata Orang tua.
2. Perkembangan otak anak terganggu
Anggapan oleh orang tua, memarahi tidak akan berpengaruh besar seperti memukul adalah salah besar. Anak yang sering dimarahi akan memiliki hambatan perkembangan dalam otaknya. Karena bagian otak yang paling terpengaruh adalah bagian yang memproses suara dan bahasa. Hal ini dapat terjadi lantaran otak cenderung mudah memproses informasi dan peristiwa yang negatif dibandingkan yang positif. Dengan kata lain, bagian otak akan menjadi "tumpul" karena lebih sering mencerna informasi yang tidak memicu perkembangan.
3. Anak mengalami depresi dan gangguan mental
Timbulnya rasa takut karena sering dimarahi, dapat mengakibatkan anak merasa tidak berharga, sedih, kecewa, dan terluka hatinya. Hal ini dapat berdampak sangat buruk terhadap kesehatan mentalnya. Lama-kelamaan, anak yang sering dimarahi bisa mengalami depresi.
Ditakutkan nantinya di kemudian hari, anak akan mencari pelampiasan untuk meluapkan emosi negatifnya dengan melukai dirinya sendiri atau bahkan parahnya anak menggunakan obat-obatan terlarang.
4. Menjadi sosok pemarah di kemudian hari
Ditempa dengan amarah secara terus-menerus bisa menyebabkan anak memiliki masalah mental dan perilaku di kemudian hari,  anak bisa menjadi sosok yang lebih agresif. Selain itu, anak akan berpikir bahwa marah atau memaki adalah respons yang normal saat menghadapi suatu masalah. Anak akan meniru hal ini pula, baik pada teman, guru, maupun orang di sekitarnya. Bahkan, anak akan gemar atau cenderung suka berkelahi bila sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. Di takutkan di masa depan, anak juga dapat melakukan ini pada pasangan dan anaknya.
Cara Berhenti Marah pada Anak Menurut Islam
Untuk menghindari marah kepada anak, meski Orang tua sudah merasa kesal ketika mereka berulah, inilah cara-cara yang bisa diterapkan.
1. Istighfar
Ketika Anda marah kepada anak, penting untuk mencari perlindungan dari Allah, dengan mengucapkan kata "Astagfirullahaladzim" agar dijauhkan dari godaan setan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Atiyyah sebagai Sa'di Nabi berkata:
"Kemarahan datangnya dari iblis, iblis diciptakan dari api dan api padam hanya dengan air. Jadi ketika salah satu diantara Kamu menjadi marah, ia harus melakukan wudhu," (Abu Dawud).
2. Menjauh dari Anak
Lepaskan diri dari pandangan anak-anak ketika marah. Orang tua perlu mengendalikan diri dan menenangkan diri. Sebab, lebih baik pergi daripada marah pada anak-anak. Lalu, setelah dapat menahan diri, Orang tua dapat masuk kembali ke kamar dan berbicara dengan anak-anak.
3. Duduklah saat Bicara
Faktanya, saat berdiri membuat Orang tua akan lebih mudah marah. Untuk mencegah hal tersebut, sebaiknya lekas duduk ketika berbicara kepada anak. Ini juga bagian dari sunnah.
4. Bicara Pelan-pelan
Saat berbicara kepada anak, diharapkan dengan nada yang lembut dan perlahan. Berbicara dengan nada yang keras atau amarah yang berlebihan hanya dapat memperburuk keadaan dan anak tidak akan mendengarkannya.
5. Ambil Wudhu
Seperti yang dikatakan dalam hadits sebelumnya, kemarahan adalah api yang hanya bisa dipadamkan dengan air. Segera ambil wudhu ketika Orang tua marah untuk menenangkan diri.
Itulah penjelasan tentang larangan marah pada anak menurut Islam. Meski hal yang sangat sulit bagi orang tua, segala perlakuan kasar terhadap anak sangat dilarang oleh agama. Untuk itu, Orang tua harus selalu mengingat Allah SWT dan meminta petunjuk-Nya ketika mendidik anak-anak, sehingga Allah selalu menunjukkan cara yang benar kepada Anda.
Dengan mengetahui dampak buruk di balik seringnya memarahi anak, mulai sekarang orang tua harus berlatih dalam mengendalikan emosi. Memarahi anak bukanlah sesuatu yang sama sekali tidak diperbolehkan. Tetapi orang tua perlu mengetahui batas dalam memarahi anak serta batas untuk berhenti dan menunjukkan kasih sayang pada anak. Apabila anak melakukan kesalahan maka orang tua boleh saja memberikan hukuman ringan yang tentunya dibarengi dengan nasihat, namun orang tua juga dianjurkan untuk memberikan hadiah ketika ia melakukan sebuah prestasi atau tindakan yang baik. Sehingga hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak dapat dilakukan dengan penuh kasih sayang.

Referensi:
Nareza, Meva. (2020, April 17). Jangan Sering Dimarahi, Ini Dampak yang Akan Terjadi Pada Anak. Diakses dari https://www.alodokter.com/jangan-sering-dimarahi-ini-dampak-yang-akan-terjadi-pada-anak
 Amala, Zarah. (2020, Juli 13). Jangan Berteriak kepada Anak, ini Hukumnya Menurut Islam!. Diakses dari Jangan Berteriak kepada Anak, Ini Hukumnya Menurut Islam! | Orami

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun