Mohon tunggu...
Raa Tyas Putri
Raa Tyas Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hukum UT Makassar

Fiat justitia ruat coelum atau fiat justitia pereat mundus - sekalipun esok langit akan runtuh, meski dunia akan musnah, atau walaupun harus mengorbankan kebaikan, keadilan harus tetap ditegakkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Senja di Ujung Impian

29 Agustus 2024   10:00 Diperbarui: 29 Agustus 2024   10:06 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : pinterest.com/radialv/

Kematian bapaknya membuat Faiz mungkin terpaksa mengubur impiannya menjadi seorang Angkatan Udara. Dengan ikhlas, dia menyerahkan tabungan yang sudah sejak lama ia simpan untuk persiapan tes masuk TNI AU nanti. Jumlah tabungan Faiz termasuk fantastis bagi ibunya. Ternyata diam-diam remaja ini mampu mengumpulkan tabungan hingga mencapai hampir sepuluh juta.

“Darimana kamu mendapat uang sebanyak ini, Nak?” tanya ibunya dengan suara bergetar ketika Faiz menyerahkan uang yang diikat dengan karet gelang. 

“Ini tabungan Faiz sejak SMP, Bu. Faiz minta maaf karena selama ini tidak memberi tahu ibu kalau sepulang sekolah Faiz kerja serabutan.” Suara Faiz nyaris sama bergetarnya. 

Netra sang ibu menatap Faiz dengan binar bangga yang kontras dengan raut wajah sedihnya. Sekilas bisa terlihat jika wanita ini merasa gagal menjadi orang tua bagi anak semata wayangnya, karena tidak mampu membantu Faiz meraih mimpi menjadi tentara. 

“Ini kamu kumpulkan untuk persiapan tes tentara 'kan?” Ibunya bertanya lagi, ia mengembalikan uang yang sudah sedikit lusuh itu kepada Faiz. 

Faiz tersenyum dan tetap menyerahkan uang itu kepada ibunya. “Ibu gunakan saja untuk keperluan sehari-hari, siapa tahu bapak juga memiliki hutang di warung.”

Buliran kristal bening menggenang di sudut mata wanita paruh baya itu. Ia memeluk Faiz–putra tunggalnya. Mereka pun larut dalam keharuan sekali lagi. Perlahan Faiz mulai mencoba ikhlas jika mimpi menjadi tentara harus pupus sampai di sini. 

*

Ujian nasional pun dimulai, Faiz tidak lagi menggebu-gebu seperti kemarin. Ia kini hanya sebatas menjalani hari, berusaha bertahan hidup dan memutar otak untuk bisa menafkahi ibunya.

Perubahan sikap itu jelas terbaca oleh Yudi yang sudah sejak kecil mengenal Faiz. Mendiang bapak Faiz adalah langganan becak yang dipercaya oleh ayah dan ibunya untuk mengantar pulang-pergi sekolah. Itulah kenapa Faiz dan Yudi bisa akrab seperti ini. Namun ketika bel berbunyi, baik Faiz maupun Yudi mulai tenggelam dalam soal-soal ujian.

Faiz segera menghilang setelah jam pulang sekolah, ia bergegas menuju tempat pembuatan batako. Ba'da maghrib, dia tetap mengajar mengaji dan menghapal di Ustadz Hanan. Satu hal yang berubah adalah biasanya setelah mengajar mengaji ia langsung pulang, kali ini dia menjadi tukang parkir di salah satu supermarket yang buka 24 jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun