Asesmen adalah proses pengamatan, pencatatan dan pendokumentasian kinerja dan karya anak, keterampilan, sikap dan unjuk kerja yang dapat dilihat. Adapun tujuan asesmen bagi anak usia dini adalah untuk melihat tingkat kemajuan perkembangannya serta kemampuan yang telah ditunjukkan anak dalam sikap dan perilaku mereka, bukan untuk mengukur prestasi ataupun pencapaian keberhasilan.Â
Ruang lingkup asesmen adalah observasi, pencatatan, checklist, dokumen, portofolio dan authentic assessment (Yusuf, 2009).
Guru diberikan kewenangan untuk mengkonstruksikan asesmennya sendiri. Namun, teknik yang digunakan tidak boleh didasarkan pada "tradisional" berupa tes saja, tetapi harus dikembangkan dan dikombinasikan juga dengan teknik "alternatif" lainnya, seperti kinerja, proyek, portofolio, penilaian sikap, dan penilaian produk. (Putri dkk., 2019).Â
Apalagi asesmen pada anak usia dini, tidak mengenal tes, ujian, apalagi tes objektif, namun dilakukan dengan mengamati, mencatat, dan mendokumentasikan segala sesuatu tentang anak, baik perkembangannya, perilakunya maupun hasil pekerjaannya. (Novianti dkk., 2013). Tes tidak digunakan untuk menggali informasi tentang perkembangan dan pencapaian anak.
Hasil penelitian Fadhilah (2021) mengungkapkan bahwa kurangnya pemahaman guru tentang pelaksanaan asesmen informal atau asesmen non tes menjadi salah satu penyebab guru tidak melakukan asesmen pada kinerja anak selama pembelajaran. Alat asesmen yang diasumsikan dapat menilai secara menyeluruh adalah asesmen alternatif atau asesmen kinerja sebagai bentuk dari asesmen autentik.
Terdapat tiga alasan guru tidak menggunakan beragam teknik asesmen; (1) beberapa guru memiliki pengetahuan yang terbatas tentang berbagai bentuk dan teknik asesmen. (2) guru merasa tidak punya waktu untuk membuat berbagai perencanaan asesmen. (3) guru merasa kurang mendapatkan pelatihan terkait asesmen. (Kitta, 2014). Struktur model pelatihan asesmen alternatif akan dikembangkan dalam bentuk panduan pelaksanaan pelatihan reflektif asesmen alternatif.
Siregar dan Nara (2010) menuliskan tentang bentuk-bentuk asesmen alternatif, yaitu; (1) computer adaptive testing, menuntut peserta tes mengekspresikan dirinya hingga dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata. (2) tes pilihan ganda diperluas, tes tidak sekedar memilih jawaban yang benar, tapi menuntut siswa berpikir tentang alasan memilih jawaban yang benar, tapi menuntut siswa berpikir tentang alasan memilih jawaban tersebut. (3) extented-response/open-ended question, tidak hanya menuntut adanya satu jawaban benar yang terpola. (4) group performance assessment, tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara berkelompok.
 (5) individual performance assessment, tugas-tugas individual yang harus diselesaikan secara mandiri. (6) interview, siswa harus menjawab pertanyaan-pertanyaan lisan dari asesor. (7) nontraditional test items, butir soal merupakan seperangkat respon yang mengharuskan siswa memilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan. (8) observasi, meminta siswa melakukan tugas dan selama itu ia observasi secara terbuka maupun tertutup. (9) portofolio, kumpulan hasil karya siswa yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan.
(10) project, exhibition, demonstration, penyelesaian tugas-tugas yang komplek dalam jangka waktu tertentu. (11) short-answer, open-ended, menuntut jawaban singkar dari siswa, tetapi bukan memilih jawaban dari sederet kemungkinan jawaban yang tersedia.