Mohon tunggu...
Rezy Refro
Rezy Refro Mohon Tunggu... Relawan - Laki-laki

suka menulis dan membaca. // instagram : @refrorezy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konsep Politik Syuro dan Akhlak Hikmat dari Buya Hamka untuk Kegilaan Netizen

16 Februari 2019   16:47 Diperbarui: 16 Februari 2019   17:03 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Jika Buya Hamka ingin mewujudkan keseimbangan jiwa, netizen justru terlihat mengkusutkan jiwanya.  Memang sudah seharusnya netizen mulai belajar dari pemikiran-pemikiran Buya Hamka.

Bila netizen dalam melakukan aktivitas politik besar-besaran atau dalam lingkup kecil sebatas mengomentari calon presiden di media sosial dengan menggunakan konsep politik syura dan akhlak hikmat dari pemikiran Buya Hamka, sepertinya demokrasi dalam negeri ini akan semakin maju. Buya Hamka menginginkan kerukunan yang terjadi dalam bernegara di ruang lingkup politik justru mampu menambah tingkat intelektual atau nalar kritis terutama para pemuda Indonesia.

Jika kita lihat pertengkaran politik yang tidak sehat akhir-akhir ini, sepertinya penggabungan konsep syura dan hikmat yang ditafsirkan oleh Buya Hamka begitu tepat untuk dipelajari oleh netizen saat ini. Kita akan melihat bagaimana netizen bermusyawarah atau berdebat dengan akal sehat dan adab kemanusiaan, bukan justru membenci lawan politik kemudian menggunakan segala cara yang tidak berperi kemanusiaan.

Bila penggabungan konsep politik syura dan akhlak hikmat dipakai oleh netizen di media sosial saat ini, maka juga bisa memberikan dampak positif bagi generasi berikutnya. Karena generasi yang akan datang sudah terlahir dengan teknologi informasi yang begitu hebat, rekam jejak digital akan ada disana. 

Jika yang terlihat adalah rekam kegilaan-kegilaan netizen seperti ujaran kebencian, kata-kata yang tidak baik, hoax, fitnah, dan segala bentuk keburukan lainnya, maka hal tersebut akan mempengaruhi generasi penerus bangsa dengan buruk.

Tetapi bila generasi penerus bangsa melhat dalam rekam jejak digital para netizen bermusyawarah atau berdebat dengan cara yang baik (syura), sopan, dan tidak membawa amarah atau kebencian lainnya (hikmat), maka tidak menutup kemungkinan generasi atau netizen yang akan datang mengetahui bahwa negara ini pernah melakukan demokrasi dengan baik.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sosok Buya Hamka adalah seseorang yang memiliki tingkat intelektual tinggi dan revolusioner dengan diimbangi oleh akhlak atau budi pekerti yang baik. Kedua konsep pemikiran mengenai syura dan hikmat masih bisa dipelajari dan berguna sampai saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun