Mohon tunggu...
Rendy Ramadhani
Rendy Ramadhani Mohon Tunggu... Konsultan - Tukang Rongsok, Markom,Retroisme
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Praktisi Markom sebuah institusi pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Resiliensi Keluarga Ketika Menghadapi Wabah Covid-19

17 April 2020   12:28 Diperbarui: 17 April 2020   12:57 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Univ Esa Unggul

Kondisi yang terjadi saat ini di tengah wabah Covid-19, pada umumnya individu berjuang untuk melindungi diri dan anggota keluarganya agar tidak terinfeksi. Dengan bertambahnya angka individu yang terkena Covid-19dari hari ke hari, kondisi itu membuat keluarga di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia juga merasakan kekhawatiran dalam menghadapi hal tersebut.Perubahan demi perubahan juga dihadapi oleh keluarga-keluarga akibat dampak dari wabah initerutama perubahan kebiasaan baik yang terjadi padasektor pendidikan, ekonomi, sosial, kesehatan, dan sebagainya. 

Perubahan yang terjadi akibat wabah tersebut tentu saja memengaruhi kehidupan seluruh anggota keluarga di dalamnya. Teori sistem Bronfenbrenner (1994) mengemukakan tentang ecological models yang menjelaskan mengenai adanya sistem-sistem yang memengaruhi interaksi individu dengan orang lain dan lingkungannya.Keluarga yang merupakan sistem terkecil yang disebutmicrosystemmemiliki sebuah pola aktivitas, tanggung jawab sosial dan relasi interpersonal yang dialami individu didalam keluarga. Pola ini berbentuk interaksi baik fisik maupun sosial dengan anggota keluarga lain secara konsisten dan akan membentuk perilaku serta kebiasaan pada diri individu. Perilaku dan kebiasaan ini akan memengaruhi perkembangan individu dan interaksinya dengan orang lain maupun lingkungan yang lebih luas. Individu akan mengalami ketidaknyamanan bila suatu keadaan tertentu memaksanya dalam waktu singkat untuk melakukan perubahan pada pola interaksi yang memengaruhi perilaku dan kebiasaan mereka.

Wabah Covid-19 ini dalam tingkatan tertentu memengaruhi sistem terbesar yaitu chronosystemyang membentuk perilaku dan karakter lingkungan sosial yang lebih luas. Perubahan perilaku dan karakter lingkungan dalam skala besar akan berimbas pada microsystem, tempat keluarga dan lingkungan terdekat lain berada.Contohnya dalam situasi seperti ketika menghadapi wabah ini, seluruh keluarga yang biasanya beraktivitas di luar rumah namun saat ini harus tinggal diam di dalam rumah, sebagian besar keluarga juga melakukan tugas-tugasnya dari rumah. Hal tersebut harus dilakukan karena adanya perubahan perilaku lingkungan sosial dalam upaya meredam penyebaran wabah Covid-19. Hal ini berimbas pada perubahan di dalam kebiasaan yang ada pada keluarga. 

Situasi akan lebih mudah diatasi apabila hal ini hanya memengaruhi interaksi sosial dengan dunia luar saja dan tidak ada perubahan yang signifikan terjadi pada keluarga tersebut, kecuali mereka menjadi lebih sering bertemu dan berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya di rumah, sehinggaada hal-hal positif yang dapat digali seperti adanya kebersamaan di dalam keluarga, dapat menyediakan waktu yang berkualitas bagi  masing-masing anggota keluarga, maka hal itu pada umumnya tidaklah menjadi masalah besar. 

Namun bila yang terjadi tidak hanya perubahan interaksi sosial saja akan tetapi terjadi juga penurunan tingkat ekonomipada keluarga, penurunan kesehatan individu maupun anggota keluarga, ataupun adanya anggota keluarga yang sakit sampai pada kehilangan anggota keluarga. Kondisi tersebut dapat menjadi sumber permasalahan besar di dalam keluarga.

Setiap keluarga tidak ada yang bebas dari masalah. Setiap keluarga memiliki tantangan masing-masing untuk dapat menyelesaikan masalahnya tersebut. Masalah keluarga yang timbul seringkali berakhir tidak menyenangkan dengan terjadinya perpecahan dan keterpurukan pada masing-masing anggota keluarga. Suatu proses yang mendukung dibutuhkan dalam keluarga untuk dapat mengatasi tantangan dan bangkit dari keterpurukan sehingga menjadi keluarga yang resilien. 

Walsh (2003, 2016) menyatakan bahwa resiliensi keluarga merupakan kemampuan keluarga sebagai sebuah sistem untuk dapat mempertahankan keluarga tersebut untuk bangkit dari keterpurukan dan merupakan proses yang dijalani sepanjang kehidupan keluarga. Resiliensi keluarga saat ini menjadi hal yang sangat relevan, khususnya dalam kondisi ketika menghadapi wabah Covid-19 seperti saat ini, resiliensi keluarga merupakan hal yang perlu diupayakan maksimal oleh seluruh anggota keluarga. Walsh (2016) juga mengemukakan proses atau komponen kunci yang menjadi dasar untuk mengembangkan resiliensi keluarga. Komponen resiliensi keluarga tersebut yaitu :

Sistem Keyakinan Keluarga (Family Belief System)

Sistem keyakinan di dalam keluarga dapat membantu anggota keluarga untuk mengelola dan menghadapi situasi krisis. Contohnya, dengan mengingat kembali hakekat membentuk keluarga, pengalaman-pengalaman bersama, tradisi positif keluarga dan nilai-nilai spiritual yang dianut dan menjadi perekat keluarga selama ini perlu kembali ditanamkan dan disuarakan. Dengan adanya nilai-nilai yang ditanamkan, aturan-aturan di dalam keluarga, maka hal itu dapat  ikut berperan dalam pembentukan suatu lingkaran kepercayaan dan kebersamaan yang penting di dalam keluarga untuk membentuk resiliensi.Kepercayaan yang penting di dalam keluarga untuk membentuk resiliensi keluarga meliputi :

Memberi makna pada situasi krisis

Keluarga yang dapat memaknai situasi krisis merupakan keluarga yang dapat berfungsi dengan baik untuk menjalani proses yang terjadi di sepanjang kehidupannya. Mereka akan melihat bahwa kesulitan yang dihadapi sebagai tantangan yang harus dilalui yang dapat membentuk pribadi mereka menjadi lebih baik. Keluarga yang resilien akan berpikir untuk memahami situasi yang mereka hadapi, apa penyebab kesulitan tersebut dan hal apa yang dapat mereka lakukan untuk dapat mencari alternatif pemecahan masalah terhadap hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun