Mohon tunggu...
REZAWAHYA
REZAWAHYA Mohon Tunggu... PNS -

Penulis dengan multi-interest Ingin berbagi ilmu dan kebahagian kepada orang lain terutama kaum muda

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Akar Permasalahan Daging Sapi Impor dan Sapi Lokal

9 Juni 2016   14:08 Diperbarui: 10 Juni 2016   14:17 2396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Biasanya peternak tradisional memotong sapi betina pada saat sapi jantan sudah tidak ada lagi. Artinya mekanisme fertilisasi (perkembang biakan) sapi untuk menghasilkan anak sapi tidaklah terlalu diperhatikan pada peternak tradisional. Padahal sapi betina harus dipertahankan sampai waktunya "cukup tua" untuk dijadikan indukan sapi, bukan malah disembelih untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Posisi penghasil sapi potong sebagian besar di wilayah Timur Indonesia, seperti Nua Tenggara, Bali dan sebagian Makasar. Sedang yang mengkonsumsi daging, terbanyak adalah mereka (konsumen) yang berada di wilayah Barat Indonesia; sebagian besar Pulau Sumatera dan sebagian pulau Jawa. Jauhnya jarak antara produsen dan konsumen menjadi para peternak cenderung mengirimkan hasil ternak ke daerah terdekat dengan biaya transportasi rendah dibandingkan tempat yang jauh.

itulah sekelumit argument akar permasalahan distribusi daging sapi di Indonesia, yang jelas kita harus bahu membahu untuk bisa mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pokok daging sapi di Indonesia; mulai dengan mendidik konsumen hingga menyiapkan berbagai fasilitas untuk mengembang biakkan sapi di sentral-sentral konsumennya

Referensi:

https://www.academia.edu/12688341/Ketahanan_dan_Kemandirian_Pangan_Komoditas_Daging_Sapi

http://www.kalamanthana.com/2016/06/07/kebutuhan-sapi-naik-dua-kali-lipat-di-penajam-harga-tak-meroket/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun