Tambahan juga ia mengklaim ikut membela Angola di AFCON 2017 bermain tiga kali dan sebiji gol. Sayangnya segala catatan mentereng itu tak lebih dari kibulan Panzo. Ia memang pernah di QPR tapi hanya di tim junior dan tak pernah main untuk tim utama. Lebih banyak Panzo berkutat di tim-tim amatir macam Woking dan Hilingdon Borough. Benar dia merapat ke Orleans, tapi hanya untuk tim B saja dan tak pernah masuk ke list nama untuk skuad utama.
Akhirnya sebab malu dan merasa ditipu, pihak Panevys mengusir Panzo meskipun sempat memukau dalam satu pertandingan uji coba. Hampir saja dengan penuh intrik Panzo yang karirnya medioker itu membuat kisah yang sangat gemilang, mengadali tim dari kasta tertinggi liga Lithuania.
Kegemilangan kisah Panzo mungkin hanya bisa disaingi oleh Carlos Kaiser, Ali Dia, dan Greg Akcelrod. Malah Greg Akcelrod dengan lebih niat dia membuat website yang memuat segala omong kosongnya. Berbekal beberapa catatan trial yang dipoles habis-habisan dan foto dengan jersey PSG, Akcelrod mengklaim pernah memperkuat tim asal ibukota Prancis itu.
Tinggal sejengkal lagi kisah gemilang Akcelrod berujung kontrak CSKA Sofia dan bertanding di Liga Champions. Sayangnya kala itu ada fans CSKA yang menanyakan perihal Akcelrod pada forum suporter PSG dan sama sekali mereka tak tau Akcelrod. Sama seperti nasib Panzo, CSKA mengusir Akcelrod sebab kehilangan muka.
Begitu lah berbagai kisah-kisah perdagangan yang gemilang dalam sepak bola. Pemain yang dianggap habis sebab cedera malah menemukan kisah gemilangnya di klub rival abadi. Pemain tak jelas pun dengan segala usahanya memoles kisah masa lalunya agar cukup gemilang demi membutakan pembelinya.
*sebutan untuk keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Alawy bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir.
**cabang hukum fiqih yang mengatur hubungan transaksional antar manusia, termasuk jual-beli dan pinjam-meminjam
