Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Muktamar NU: Duet Baru tapi Lawas dan Tangis Haru Presidium Sidang

24 Desember 2021   11:00 Diperbarui: 24 Desember 2021   23:52 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH Miftachul Akhyar dan KH Yahya C. Staquf dalam kegiatan PBNU (dok: DOK.SINDOnews)

Selesai sudah agenda melelahkan rapat-rapat pleno dan pemilihan ketum baru Nahdlatul Ulama di muktamarnya yang ke 34. Sosok KH Miftachul Akhyar asal Surabaya tetap ajeg sebagai Rais Am PBNU hingga 2026 atau tepat seabad berdirinya NU. Kiai Miftachul awalnya adalah wakil dari KH Makruf Amin yang naik ke jabatan Rais Am setelah ybs menemai Joko Widodo maju ke pilpres.

Terpilihnya Kiai Miftachul terbilang cepat dan senyap dalam forum tertutup majelih ahlul halli wal aqdi (ahwa). Dalam kumpulan sembilan kiai dengan pamor paling dihormati di NU itu nama beliau secara mufakat diamanahi lagi untuk menahkodai NU. Tak main-main dalam forum yang juga berisikan KH Mustofa Bisri asal Rembang hingga KH Ali Akbar Marbun dari Medan ini menganggap Kiai Miftachul adalah sosok paling tepat untuk NU sekarang ini.

Ada hal menarik saat Prof Zainal Abidin sebagai anggota termuda ahwa sekaligus juru bicara mewakili majelis ahwa. Beliau menyampaikan harapan dari para kiai-kiai agar nantinya Kiai Miftachul dalam memimpin NU tak mengambil rangkap jabatan dengan organisasi lain. Mungkin bagi orang awam pesan itu biasa saja tapi ini krusial bagi NU.

Sudah menjadi tradisi bagi sebuah organisasi ulama lain untuk mendudukkan Rais Am NU sebagai ketuanya, ya itu adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tak sedikit juga meski bukan Rais Am banyak pengurus NU yang juga masuk struktural MUI, contohnya di jawa timur ada KH Mutawakkil Alallah yang juga Rais di PWNU Jatim. Sekarang pun Kiai Miftachul masih menjabat sebagai ketua MUI Pusat. Semoga harapan para kiai sepuh untuk beliau dilaksakan, demi kebaikan NU kedepannya.

Kedepannya Kiai Miftachul bakal berduet dengan mantan tandemnya di syuriah PBNU, KH Yahya Cholil Staquf. Melalui pemilihan panjang sejak malam hari sampai pagi ini baru usai, Gus Yahya mengungguli pesaing-pesaingnya sejak putaran pertama dan pada putara akhir berhadapan dengan pertahana KH Said Aqil Siraj beliau kembali unggul.

Katib Am 2015-2021 sekaligus watimpres itu sekarang berduet dengan Kiai Miftachul bukan sebagai sesama syuriah, tapi sekarang syuriah-tanfidziyah. Tentunya tujuan besar Kiai Miftachul untuk kembali lebih menitikberatkan peran syuriah sepertinya bakal berjalan mulus. Dalam teorinya memang syuriah lah pemegang keputusan tertinggi di NU, tapi seringkali para kiai sepuh ini kalah panggung dengan pengurus hariannya.

Gus Yahya tak lain masih dara biru Pesantren Roudlotut Tholibin, Leteh, Rembang. Beliau adalah cucu KH Bisri Mustofa penyusun Tafsir Al-Ibriz dari putra pertamanya, KH Cholil Bisri. Menteri agama yang sekarang, Yaqut Cholil Qoumas tak lain adalah kakaknya dan tentu KH Mustofa Bisri (Gus Mus) adalah pamandanya. Tapi justru saya mengenal nama beliau tak dari situ atau saat beliau pernah menjadi jubir Presiden Gus Dur, tapi dari tulisan-tulisan menggelitiknya di teronggosong.

Prof M Nuh berpidato menutup sidang pleno IV Muktamar NU (dok: youtube TV NU)
Prof M Nuh berpidato menutup sidang pleno IV Muktamar NU (dok: youtube TV NU)

Akhirnya dalam arena sidang pleno tak ada yang lebih berbahagia daripada Prof M Nuh yang bertugas sebagai ketua presidium sidang. Beliau dalam pidato penutupan sidang seusai berakhirnya penghitungan suara dengan sesegukan menyampaikan rasa terima kasihnya pada muktamirin yang damai selama helatan muktamar. Baginya yang diamanahi para kiai sepuh agar kejadian gaduhnya Muktamar ke-33 tak lagi terulang, tak adanya gegeran sampai bikin penyelenggaran molor berhari-hari adalah berkah.

Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 di Lampung dilalui dengan mulus. Tentunya muktamar hanyalah awal bagi kepengurusan baru dan tentunya menghadapi zaman yang akan selalu lebih berat. Umur NU akan mencapai 100 tahun di muktamar mendatang, sudah sepantasnya sebagai organisasi sosial dan keagamaan NU lebih baik dari pada tahun 1926.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun