Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Theo Walcott, Piala Dunia dan Kisah Lainnya

19 Juli 2021   15:32 Diperbarui: 19 Juli 2021   15:36 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Walcott ketika menjadi pencetak hattrick termuda Timnas Inggris (Owen Humphreys/PA) 

Jika ada satu nama pemain Inggris yang sangat disesalkan tak dapat mencapai potensi tertingginya, boleh lah nama itu kita garansikan ke Theo James Walcott. Sampai sekarang Walcott memegang rekor sebagai pemain termuda yang bermain untuk skuad senior Timnas Inggris, ketika Inggis menjamu Hungaria pada 2006. Bahkan namanya sudah lebih dulu memecahkan rekor pencetak gol termuda Southampton di laga EPL 2005/2006. Pemain berdarah Jamaika ini telah mencuri perhatian tim-tim besar sejak awal mula karirnya.

Walcott mencicipi atmosfer Piala Dunia pertama (dan terakhir) kalinya ketika gelaran di Jerman 2006. Dibawa oleh Sven-Gorran Eriksson dalam 23 nama terakhir membuat Walcott sebagai partisipan termuda Piala Dunia 2006. Meski akhirnya Walcott tak sekalipun diturunkan Eriksson. Mungkin publik Inggris sudah mengharapkan di turnamen selanjutnya Walcott bakal jadi pemain penting bagi Laskar Tiga Singa. Namun harapan hanya tinggal harapan.

Sepeninggal Eriksson, Walcott dikembalikan ke timnas kelompok usia oleh McClaren. Bersama timnas kompariotnya di U-21 macam Adam Johnson dan James Milner, Walcott mampu membawa pulang medali perak kejuaraan Euro U-21 2009 setelah kalah dari Jerman generasi Neuer dan Ozil. Permainannya yang masih impresif membuatnya digadang-gadang memperkuat skuad Inggris di Afrika Selatan tahun depannya.

Sayangnya Fabio Capello tak tertarik mempertahankan Walcott di skuad akhir timnas Inggris untuk Piala Dunia 2010. Capello meracik skuad Inggris dengan rataan umur tertua sepanjang keikutsertaan mereka di Piala Dunia. Dia lebih memilih Shaun-Wright Phillips dan Emile Heskey. Bahkan koleganya di turnamen U-21, James Milner dipilih untuk mengisi slot gelandang sayap. Beberapa hari setelah terpental dari turnamen, Capello mengakui tak membawa Walcott sebagai penyesalannya.

Walcott masih terus menjadi skuad integral Arsenal di tahun-tahun berikutnya meski masih juga berkutat dengan cedera. Termasuk ketika gagal merumput untuk Final Piala Liga 2010/2011 sebab cedera angkle beberapa hari sebelumnya. Laga yang akhirnya berakhir dengan Birhingham mengangkat trofi. Permainannya menanjak di musim 2012/2013 dengan mengoleksi dua digit gol di Liga Primer, membuatnya kembali lagi digadang-gadang membawa tren positifnya untuk Piala Dunia 2014.

Sayang kembali sayang dirinya kembali harus menerima kenyataan namanya tak masuk list Roy Hodgson untuk dibawa ke Brazil. Segera setelah musim dimulai Walcott kembali dihantam serentetan cedera. Puncaknya ketika dia mendapat cedera lutut serius di Januari 2014 yang memaksanya istirahat tak kurang enam bulan ditambah rehabilitasi. Kali ini tabir Piala Dunia baginya kembali tertutup.

Problem yang sama ketika Roy Hodgson kembali mengumumkan tak memanggilnya di Euro 2016. Minimnya menit bermain yang reguler menjelang Euro membuat Hodgson tak kesulitan mencoretnya dari daftar nama. Agaknya setelah 2014 Walcott seolah kehilangan momentumnya sebagai harapan publik Arsenal maupun Inggris. Munculnya nama-nama baru yang lebih tahan cedera mempersulit Walcott menggaransi tempat di skuad utama timnas.

Wenger manjadi faktor besar bagi perkembangan Walcott. Bisa dibilang Walcott adalah bagian obsesi Wenger membangun tim bertabur talenta Britania Raya, seperti nama-nama Jack Wilshere, Aaron Ramsey, Carl Jenkinson, sampai Alex-Oxlade Chambelain. Nyata-nyata proyek ambisius itu gagal dan pemainnya satu-persatu cabut dari Emirates. Wallcott pun ikutan pamit di tengah musim 2016-2017.

Walcott dan Wenger (Clive Rose/Getty Images)
Walcott dan Wenger (Clive Rose/Getty Images)

Wallcott yang sepanjang awal musim tak menjadi pilihan utama Wenger memilih jalur radikal dengan bergabung Everton. Hal yang ia lakukan demi mengejar Piala Dunia 2018 yang mungkin bisa menjadi kesempatan terakhirnya membela Inggris di turnamen besar. Tapi memang sepertinya takdir sudah menggariskan 2006 sebagai satu-satunya kesempatan Walcott berpartisipasi di Piala Dunia. Gareth Southgate tak terkesan sumbangsih tiga gol dn sebiji assist pada Everton di sisa musim.

Setelah 14 tahun berkenala, mungkin Walcott berpikir untuk kembali ke rumah awalnya. Dia kembali ke pangkuan Southampton sebagai pemain pinjaman di musim 2020/2021. Mungkin memang rasa nyaman rumah St. Mary Stadium tiada duanya meski dibanding dekapan Wenger. Selama berkarir di Arsenal pula lah dia kehilangan 'rumah' nyamannya sebagai penyerang sentral setelah digeser Wenger untuk melebar yang nyatanya tak bikin Walcott menjadi Henry baru bagi Gooners.

Begitulah kisa Walcott yang menemui 'keemasannya' begitu cepat dan dengan cepat ia menuruni karirnya. Mungkin memang amatan Wenger salah, potensi Walcott tak sebesar itu dan mungkin juga ditambah Walcott masuk Arsenal di waktu yang salah. Dia bergabung Arsenal ketika mereka memulai masa kegelapannya di liga.

Tambahan juga, ketika musim 2020/2021 Walcott mencetak sebiji gol bagi Southampton ketika melawan Arsenal. Selayaknya juga Van Persie dan Adebayor, dia merayakannya dengan suka cita. Kini dia sudah permanen sebagai punggawa Southampton setelah kontraknya di Mersyside biru paripurna awal Juni kemarin.

Leno diperdaya Walcott (dok: AP Photo)
Leno diperdaya Walcott (dok: AP Photo)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun