Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Gus Mus dari Pintu Sastrawi

10 Juni 2021   05:45 Diperbarui: 10 Juni 2021   05:50 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Mus dalam acara 'Doa untuk Palestina' di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, 24 Agustus 2017. dok:Antara Foto

Sebagai istri muda yang terpaut umur jauh dan dipersunting sepeninggal istrinya yang lama, kematian Kiai Sobir sontak membuat tokoh Nyai disini mendadak digerus kesepian.

Gus Mus dengan apik menyampaikan isi hati seorang janda tokoh besar. Dimana ia sehari-hari hidup dalam bayang-bayang suaminya dan menyokong kesibukannya mulai sekadar menyiap kudapan hingga mengatur jadwal sehari-hari. 

Gus Mus menarasikan perubahan suasana ketika tokoh si janda ini kesepian ditengah hiruk-pikuk peziarah dan serangkaian tahlilan menjadi mulai menarik perhatian orang-orang untuk dipersunting, sekaligus menyuarakan dirinya yang masih menambatkan hatinya untuk almarhum Kiai Sobir dan alih-alih mencari suami baru, lebih memilih merawat warisan pesantren Kiai Sobir.

Mundur jauh ke belakang pada akhir dekade 1980an, Gus Mus pernah merilis karya puisinya yang sampai sekarang masih langgeng dan relevan 'Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana'. 

Lagi-lagi dengan lihai Gus Mus yang berbekal diksi-diksi sederhana dan pengulangan kata-kata, membangun sebuah puisi yang solid sebagai kritik pada penguasa. 

Memotret keadaan pada waktu itu dimana segala hal ditentukan oleh 'ketua dari segala ketua' yang seringkali dipertanyakan masyarakat bawah yang juga tak berani bertanya.

Dalam puisi beliau yang lain, 'Aku Menyayangimu Karena Kau Manusia' Gus Mus dengan indah menjelaskan kemanusiaan. Syair yang kemudian beken karena dinyanyikan oleh Iwan Fals ini menentang, mengutuk, dan melawan sekaligus menyayangi orang dalam satu bingkai, sebagai manusia. 

Disini secara intriksik menyampaikan pentingnya berbagai kritik kepada manusia lain karena mereka masih manusia, bukan Tuhan. Menyayangi bukan sekadar memuja, karena bisa membuatnya bukan lagi 'manusia'.


Sedangkan di dimensi karyanya yang lain, Gus Mus menjelma menjadi pelukis. Beliau pernah membuat lukisan kontroversial berjudul "Berdzikir Bersama Inul" yang mana menggambarkan orang-orang bersorban, berpeci, dan sarungan sedang melingkar seperti sedang berzikir dan menghadap seorang penari di tengahnya. 

Sontak panitia Pekan Muharram 1424 H di Masjid Agung Al Akbar tempat dipamerkannya lukisan mendapat ancaman untuk segera menurunkan lukisan dari sebuah kelompok pemuda islam dan mengancam akan membakar masjid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun