Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Tiga Pasukan Hijau dari Surabaya

19 Mei 2021   21:05 Diperbarui: 5 Oktober 2022   17:51 2287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persebaya Surabaya juarai Ligina edisi 1996-97. dok: media Persebaya

Meski ASGS bubar, hingga saat ini Assyabaab masih ada sebagai klub amatir dan hingga beberapa tahun lalu berlaga sebagai klub internal Persebaya.

Sedangkan Mitra harus benar-benar pamit dari Surabaya pada 1999. Imbas terdegradasi dari divisi utama, pengusaha asal Kalteng HB Sulaiman membeli Mitra dan memboyongnya ke Palangkaraya dan menjadi Mitra Kalteng Putra (MKP). 

Tak berhenti di situ, MKP selanjutnya diakuisisi berpindah kandang ke Kutai Kartanegara (Kukar) dan selanjutnya dimiliki Pemda Kukar serta otomatis berganti nama menjadi Mitra Kukar semenjak perpindahannya. Akhirnya pada 2007 Mitra kembali ke divisi utama Ligina, meski sudah bukan lagi milik khalayak Surabaya.

Hal yang agak unik mengingat nantinya di masa mendatang akan ada klub asal Kutai Barat, tetangga Kukar yang didatangkan ke Surabaya demi mendongkel Persebaya oleh seorang politisi. Menjadi bagian dalam babak kegelapan bagi persepakbolaan Indonesia dan Surabaya.

Mimpi buruk benar-benar terjadi pada musim Ligina 2002, nama besar terakhir Surabaya, Persebaya terdegradasi dari kancah tertinggi untuk kali pertama. 

Diterpa kondisi internal yang kacau dan kesulitan sokongan dana, Persebaya hanya mampu enam kali mengemas kemenangan dari 22 laga di wilayah timur. 

Ditunjuknya pelatih legendaris Rusdy Bahalwan menggantikan legenda Persebaya tak mampu menyelamatkan klub dari seretan degradasi.

Hanya perlu semusim mentas di divisi 1, Persebaya kembali ke divisi utama dan langsung juara di musim 2004. Guyuran dana segar nan melimpah dari ketua umum sekaligus walikota surabaya, Bambang DH membuat Persebaya mampu mengamankan jasa pemain-pemain terbaik. 

Namun hanya semusim kemudian di kalender 2005, Persebaya dihukum degradasi ketika menolak hadir pada laga 8 besar di Jakarta. Bambang DH sendiri yang menyatakan kengganan Persebaya hadir yang berkaitan dengan tak adanya jaminan keamanan bagi para Bonek.

Momen inilah menjadi awalan serangkaian kejadian pilu bagi Persebaya hingga bertahun-tahun kedepannya. Sempat gagal langsung promosi, Persebaya mendekam di divisi 1 semusim lagi. 

Sempat berlaga di ISL, kemudian 2010 terperosok lagi dalam jurang degradasi dengan cara yang ajaib. Merasa terus digembosi federasi, Persebaya nantinya menyeberang ke perahu IPL sebagai breakaway league tandingan ISLnya PSSI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun