Mohon tunggu...
Reza Putrantara
Reza Putrantara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Sampai Akhir

Pernah di Jakarta Sekarang di Muara enim

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Turunkan RPM Kita Sekarang Juga

17 Januari 2019   22:09 Diperbarui: 17 Januari 2019   22:10 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu saat rehat dari perjalanan saya ke luar kota, terbaca pesan dari grup WA teman sejawat,
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun,
Telah berpulang Bpk Heri pengawas lapangan pagi ini".
Sontak kekagetan menyelimuti diri sambil merespon pesan tersebut, "Masya Allah, kenapa beliau ya pak?"
"Insiden pak, mobil travel yang digunakan kecelakaan di daerah Sungai Lilin. Beliau hendak cuti site pulang pagi ini, beliau meninggal di tempat karena luka-luka yang dialami", respon sejawat.
Teringat terakhir berjumpa dengan beliau beberapa hari yang lalu, pribadi yang menyenangkan, selalu penuh canda dan respek kepada lawan bicaranya.
Sesuatu kehilangan yang sangat dan berat apalagi untuk keluarga beliau..


Menggunakan travel saat perjalanan cuti dari dan ke lokasi kerja memang biasa dilakukan oleh teman-teman sejawat meskipun sudah rahasia umum kalau kebanyakan travel-travel tersebut saat berjalan bagaikan mobil F1 yang pindah arena balap, tidak mengenal kata disalip, menyalip disaat ada celah kesempatan, walau marka harus diterabas dengan RPM (putaran mesin)  tertinggi yang bisa didapat.
Mereka mungkin punya alasan tertentu bertindak demikian, sampai-sampai ada pameo di masyarakat saat bepergian menggunakan travel, siapkan doa dan obat anti mabuk yang banyak selama perjalanan.


Tapi tidak hanya rekan-rekan pengemudi travel yang berkendara layaknya driver F1 pindah arena balap, saya, anda, kita semua mungkin pernah atau sering berkendara layaknya Luis Hamilton di arena balap F1, saling kebut mencapai RPM tertinggi tanpa menghiraukan rambu-rambu peringatan atau marka jalan yang dibuat sebagai peringatan dan aturan berkendara yang benar dan aman.
Berdasarkan literatur dan penelitian, semakin tinggi RPM yang digunakan dalam berkendara, berbanding lurus dengan kecepatan kendaraan yang digunakan, yang berarti semakin memperbesar persentase kemungkinan insiden dan akibat yang dapat terjadi.


Ketidaksabaran dalam berkendara serta pelanggaran terhadap aturan lalu lintas adalah awal dari terjadinya sebuah kejadian yang tidak diinginkan (insiden kecelakaan), demikian pesan rekan petugas Lantas saat safety talk bulanan yang saya ingat dan selalu menjadi pengerem saat diri mulai tergoda untuk memacu kendaraan agar lebih cepat.


Di satu sisi kedewasaan bersikap dalam berkendara, perlu dan sangat dibutuhkan, menghadapi godaan-godaan atau pemicu yang membuat kita mentolerir atau tidak sengaja mentolerir kesalahan-kesalahan dalam berkendara yang kita lakukan.


Tidak perlu kita tanyakan kepada orang-orang yang pernah terlibat dalam kecelakaan atau membuat orang lain celaka karena kecerobohan dan keegoisannya sehingga ada korban atau jiwa yang melayang sia-sia, jawabannya pasti penyesalan yang tidak berkesudahan.


Tanyakan saja ke diri kita, sudah dewasa kah kita dalam berkendara selama ini, sehingga kita bisa memberikan rasa aman dalam berkendara bagi kita dan orang lain.

Mari, turunkan RPM kendaraan kita sekarang juga sebagai salah satu cara mencegah kehilangan yang teramat sangat dan penyesalan yang tidak berkesudahan.

Muara Enim, Jan'19

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun