Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ojek Udara "Ride Sharing" Masa Kini

4 November 2017   18:42 Diperbarui: 4 November 2017   19:03 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya  akui  diri  ini  memang  bukan  WNI  ber  KTP  Jakarta tapi  bukan berarti tidak punya kepentingan di Jakarta.  Sebagai orang yang terlahir  dengan bapak turunan betawi dan sunda serta  ibu asli magelang jawa tengah otomatis saat idul fitri kadangkala menyempatkan diri berkunjung ke sanak saudara  di area jabodetabek. Memang benar kalau saya ke jakarta  bertepatan dengan libur  panjang nasional suasana terasa lengang namun cerita soal lalu  lintas jakarta tetap ada saat obrolan keluarga. 

Jikalau ada kota yang  sekarang sedang menderita, Sangat jelas Jakarta salah satunya. Alasanya, ibukota yang selama ini menjadi pusat pemerintahan  Hindia Belanda, Hindia Jepang dan Indonesia harus menerima kenyataan bahwa penduduknya  sudah luar biasa padatnya. Sebuah sistem perhubungan  umum sudah sangat overpopulasi apalagi banyak yang pakai kendaraan sendiri. Kehadiran ride sharing yang muncul  baru-baru  ini memang seolah menjadi solusi namun sayang fokus konsep angkutan darat masih menimbulkan kontroversi.

Saya pikir ada beberapa kelemahan mendasar konsep ride sharing angkutan darat. Pertama,  masalah  hukum  yang mengatur bahwa kendaraan angkut yang dikomersilkan  harus berplat  kuning meskipun pengojek pakai plat hitam sudah bayar  pajak kendaraan  tetap  saja sangat beresiko karena peruntukanya  untuk  pribadi. Kedua, masalah standar perawatan dan  kelayakan kendaraan tidak jelas karena  diserahkan pada  masing-masing pengendara.Ketiga, perselisihan antara angkutan umum dan online didarat masih  rentan menimbulkan gesekan  dan konflik ibarat bara  dalam sekam. Terakhir,  berbagai  fasilitas  penunjang didaratan masih  sangat jauh dari kata layak dan sempurna.

Saya kira sudah seharusnya  penyedia ride sharing seperti uber fokus kepada sektor udara  atau  dirgantara.  Ada berbagai macam varian angkutan  udara  ringan yang mampu mengangkut  manusia dalam suatu  kawasan secara  cepat dan efisien daripada  darat  seperti balon udara atau  helikopter. Tenaga ahli pendukung juga banyak apabila  kita amati realita lapangan.

Setiap daerah di  pulau   jawa pasti mempunyai  jumlah  sekolah  teknik  dan penerbangan  yang banyak  menghasilkan lulusan setiap tahunya. Selain  itu,  sudah bukan rahasia lagi kalau sistem ride sharing online  sedang naik daun dikalangan investor atau pemodal. Terakhir, pemerintah  mulai   membangun helipot  atau semacam hangar pesawat bagi angkutan udara  ringan helikopter  di bandara  yang ada dijakarta seperti Soekarno  Hatta sehingga peluang ride sharing  udara sangat  menjajikan.

Saya optimis ride  sharing udara dapat  berkembang lebih maju daripada  daratan. Realita di  lapangan   menunjukkan  transportasi daratan   walau  memudahkan aktifitas sehari-hari ibukota tetap mengalami masalah klasik  kemacetan. Menurut data yang  dikutip  dari berbagai  media  kemacetan menimbulkan  kerugian sampai  triliunan rupiah setiap harinya.

Apabila ride sharing udara ringan seperti helikopter menjadi fokus perhatian transportasi  pasti akan menarik  perhatian sebab kemungkinan orang akan memilih  jalur udara yang bebas macet lebih besar. Selain itu masalah biaya transportasi udara  yang tinggi akan perlahan menurun karena sebagaimana kasus transportasi  darat bahwa  optimalisasi dari utilisasi teknologi bisa membuat harga terjangkau.

Jadi  tunggu   apalagi?  Saya mengajak semua  pihak untuk serius mengembangkan ride sharing  dengan transportasi  udara ringan seperti  helikopter.  Kapan lagi bisa  bebas  macet  dan melihat keindahan  jakarta dari udara?


Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun