Saya sering berpikir, saya sepertinya orang yang biasa saja bahkan kalau mengutip kompasianer Susy Haryawan seperti bukan siapa-siapa.
Di dunia maya khususnya kompasiana, jarang sekali saya membahas hal-hal 'berat' karena niat kecuali karena ikut-ikutan emosional dan baper. Ah aku mah apa atuh.Tidak menonjol, jarang bersikap untuk hal-hal yang kontroversial, mungkin dilematis, tentang isu sosial, politik, apalagi agama kecuali memang ada tema-tema pengelola admin kompasiana yang menarik atau tulisan kompasianer lain yang sepertinya perlu saya tanggapi dengan tulisan berbeda.Â
Bisa jadi karena saya memang pria yang biasa-biasa saja, tidak punya banyak sikap, tidak punya semangat, atau bisa jadi tidak punya kehidupan luar biasa di dunia nyata. Ya, sejujurnya tidak begitu-begitu banget sih hahaha. Bisa jadi juga karena saya bermain aman, tidak bersikap untuk melindungi diri dari perdebatan dengan yang tidak sejalan, tidak sopan sekali karena khawatir kalau nanti berbuat salah jadi omongan orang, tidak bicara hal-hal yang berat karena memang saya tidak mengerti-mengerti amat dan lebih memilih anonymus untuk berdebat panjang.Â
Kalaupun main di Kompasiana hanya melakuan stalker atau memata-matai tulisan kompasianer populer macam Tjiptanandi atau kompasianer cantik macam Latifah, mengirimkan link dari halaman blog kompasiana ke grup sosmed atau WA sekiranya tulisan itu layak dibagikan, menulis sesekali, tetapi bukan tulisan bagus yang memberi inspirasi, kebanyakan sih temanya ikutan arus kompasianer lain hehe.
Mungkin saya merasa tidak nyaman dengan ke biasaan ini, tetapi sulit sekali mengatur waktu untuk benar-benar serius mengelola kompasiana. Ah santai saja, eh tidak buat saya sih penting mengelola akun kompasiana saya dengan terencana. Sayang, tenaganya habis di tengah jalan.Â
Eh, saya tidak sedang sedih kok. Saya cuma merasa sedikit rugi, mungkin ga ya saya mengelola waktu dengan lebih baik? Misalnya, saya menonton satu film atau anime dan segera menulis reviewnya di blog kompasiana seperti breketex atau Lastboy. Pulang dari kegiatan sehari-hari dan saya merasa terinispirasi materinya, kemudian menulis cerpen seperti Latifah. Di pekerjaan, bertemu seseorang kemudian mendapat hikmah yang sebenarnya bisa saja ditulis seperti Salengke. Eh tetapi, kok ya ga ditulis-tulis hingga akhirnya lupa? yang ditulis malah ikut-ikutan kebanyakan kompasianer arus utama seperti tema yang dipilihkan admin kompasiana yang pilihanya cuma pro atau kontra untuk menanggapi dengan tulisan.
Saya sebenarnya orang yang sangat serius. Sebenarnya eh apa kelihatan ya. Banyak yang ingin saya lakukan, banyak cita-cita, tetapi banyak pikiran juga tentang hambatan-hambatan yang mungkin muncul. Jadinya saya diam di tempat. Saya sadar sebagai penulis kompasiana yang biasa masih cupu sering mendapat masukan dan saran soal tulisan saya dari Susy atau Yon Bayu. Ah jadi, kapan majunya?Â
Mungkin saya butuh waktu untuk menjadi penulis seperti koki yang dapat meracik apa-apa yang ingin saya bagikan di halaman kompasiana ini. Apa yang membedakan dengan halaman media atau blog dunia maya yang lain. Harapan saya pribadi panjang. Semoga saya punya tenaga mewujudkannya. Semoga kompasianer yang lain bersedia memberi masukan atau ikhlas saya jadikan gaya tulisanya sebagai sumber inspirasi bagi tulisan saya. Sekian dan terima kasih. Salam hangat semua kompasianer.