Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejatinya Kompasiana Tak Kenal Kasta

17 Oktober 2017   10:20 Diperbarui: 17 Oktober 2017   10:36 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dok.pribadi


Hal yang baru terkait tampilan profil sering jadi bahan candaan kompasianer sampai sekarang, ada beberapa yang bilang gambar dan gelar profil mulai dari debutan sampai maestro merupakan bentuk kasta, beberapa yang lain  menggangap sebagai bentuk beban kepercayaan. Menurut saya semua hal terkait ini terlalu berlebihan karena kenyataanya jauh panggang daripada api. Entah kenapa saya melihatnya santai saja bahkan suka saya jadikan bahan becandaan bagi teman sesama kompasianer muda yang ternyata dapat gelar senior. 

Bergabung secara resmi Juni 2017 lalu, saya sendiri tergerak dengan gerakan one day one artikelnya pasangan Tjiptanandi yang sekarang jadi one day two artikel. Beragam macam tulisan dari segala genre ada disini. Soal politik ada kompasianer seperti Yon bayu, Soal kesehatan ada Listia Rahman, Soal hobbi seperti budaya populer jepang ada Lastboy dan breketex, Soal sastra ada latifah, tak lupa kompasianer yang membahas semua jenis tulisan seperti Susy dan Zulfikar Akbar. Terakhir yang membuat menarik adalah akun misterius atau terkenal dengan istilah akun tuyul seperti AnusQ dan Elang kadang bikin gemes kalau datang satu pasukan dengan pemberian rating tidak menarik, bagusnya mreka akan datang dengan pasukanya memberikan rating menarik kalau suka. Admin juga tak kalah menarik kadang suka bikin kesal dengan tiba-tiba inbox maaf artikel anda akan kami hapus karena begini begitu lalu tak beri kesempatan kita revisi seperti skripsi. Di sisi lain tindakan admin yang meberikan highlight dan headline memberikan rasa bahagia tiada tara.

Saya tipe kompasianer penyendiri dan anti sosial karena jarang ikut aktfitas onsite dan offsite.Hanya sesekali ikut kepo acara kompasiana tanpa pernah menyapa dan kabur sebelum acara selesai. Saya masih nyaman menjadi penyendiri kalau di dunia nyata karena ingin membiasakan diri dulu selama setahun konsisten menulis di dunia maya. Lingkungan kerja saya juga tertutup karena kegiatanya personal dari jarak jauh melalui kafe internet telkomsel sering nongkrong mainan jual beli online. Mohon maaf jadinya saya sering merasa insecure kalau diajak meet up atau nongkrong teman-teman kompasiana karena terbiasa solo player alias penyendiri. Daerah operasi saya sepanjang semarang dan jogja juga membuat saya malas kemana-kemana kecuali jawa tengah. 

Satu lagi yang mau saya akui adalah aib saya di kompasiana. Dulu sebelum menulis dengan akun asli dan menjadi silent rider kemudian pada tahun 2014 saya membuka akun tuyul yang sempat bikin rusuh dengan rating sembarangan dan komentar sesukanya.Harap maklum pada saat itu saya masih terkena sindrom emosi yang agak labil karena masih berstatus mahasiswa. Adanya bias dan kefanatikan yang berlebihan terhadap sesuatu karena pengaruh lingkungan kampus membuat saya agak radikal ketika itu. Tentu karena dulu pakai akun tuyul jadinya gak ketahuan cuma semua itu berubah sejak bertemu seseorang yang menyadarkan saya pentingnya hidup bersama dalam beda. Akhirnya akun tuyul dan blog anonim saya yang agak rese dan menyakiti banyak orang itu sekarang saya terlantarkan, sebenarnya mau dihapus tapi lupa paswordnya apa. Syukur alhamdulilah itu akun tuyul dan blog belum pernah dilaporkan ujaran kebencian tapi serius sekarang saya sudah berubah kok.

Terus terang soal peringkat ini saya agak bingung juga.  Akun kompasiana saya, juga mendapatkan peringkat namun peringkatnya bukan pemula seperti debutan atau junior tapi fanatik. Secara nama saya juga bisa menerima karena mengingat dosa saya dulu ketika memakai akun tuyul sering berbuat rusuh sangat sepadan kalau diolok-olok fanatik dalam arti negatif ketika becandaan. Secara umur atau senioritas saya kok merasa belum pantas ada dikelas menengah seperti fanatik karena tulisan saya masih datar dan biasa-biasa saja, prduktivitas tulisna pun jauh dari kata konsisten melainkan berpegangan pada mood menulis saja. Akun resmi saya ini umurnya beberapa bulan namun sudah di fanatik sedangkan masih ada akun yang usianya lebih panjang ada di junior jadinya agak gak enak kalau nanti ada yang komplain soal senioritas.

Secara umum saya rasa pemeringkatan kompasiana sudah adil. Semua akun sudah dianggap setara tak peduli status centangnya. Contoh nyata akun Afifudin Lubis walaupun tanpa centang biru sudah dapat peringkat maestro dan sering masuk headline karena tulisanya memang layak. Kuat dugaan saya soal umur akun kompasiana ini bukan jadi perhatian admin kompasiana. tindakan admin fokus ke tulisan dan kualitasnya juga sudah bagus cuma tolong kalau mau hapus tulisan kasih kesempatan penulis buat revisi karena gak semua menyimpan cadangan tulisan di aplikasi. Soal verivikasi atau centang juga bukan perhatian admin saya kira tepat juga. Dunia ini luas soalnya jadi ada orang-orang yang memang mau tetap anonim seperti jaman dulu ada penulis terkenal Multatuli atau jaman awal Indonesia ada banyak penulis anonim dalam surat kabar yang celakanya sekarang kejayaan anonymus hanya ada di dunia maya saja. Mungkin mereka punya motto menulis adalah beramal jadi bukan profit oriented. Orang-orang jenis itu perlu dirangkul dan alhamdulilah dapat tempat dikompasiana.

Pengalaman saya dari mulai silent rider, akun tuyul sampai akun resmi mengajarkan banyak hal. Saya akui diri ini masih culun dan cenderung agak gila dalam menulis jadinya sesukanya sering banyak ada salah kata dan penulisan jadinya berani menulis tapi asal-asalan jadi akibatnya ya begini masih ada yang dihapus admin dan saya sering kena penalti soal kutipan gambar. Saya berharap banyak kepada kompasianer yang lebih senior secara umur akun di kompasiana maupun sesama yang baru seperti saya untuk saling berbagi pengalaman. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi tindakan kompasianer seperti Susy Haryawan yang sering mampir dan mengkritisi penulisan saya yang banyak kurangnya dengan harapan saya bisa edit dan perbaiki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun