Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies-Sandi "Membelah" Lagi Jakarta?

17 Oktober 2017   08:27 Diperbarui: 17 Oktober 2017   08:55 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Anies dan Sandi adalah produk dari benturan politik yang cukup keras ya. Produk benturan itu seharusnya disadari, gitu... Kalau dia belah lagi politik ini atau dia terjebak dalam pembelahan lagi itu repot nanti," ujar Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/10/2017) seperti yang dikutip dari berbagai media massa. Saya yakin Fahri berkata begitu setelah mendengar Anies Baswedan dalam pidato politiknya setelah dilantik menyatakan "Kita semua pribumi ditindak,dikalahkan,kini saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri Indonesia!" Memang agak janggal karena Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1998 menyatakan dengan terang untuk menghentikan istilah Pribumi dan Non Pribumi. Selain itu, ada banyak aturan lainya lewat undang-undang yang menyatakan bahwa kedudukan WNI setara dihadapan hukum terlepas dari apa latar belakang identitas SARA.

Soal Anies-Sandi, pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta yang baru, saya percaya setiap jagoan pilihan kita tidak sempurna. Mereka tentu punya kekurangan. Di sisi lain ada beberapa hal yang membuat pendukung Ahok-Djarot seperti kompasianer Opa Jappy dan Riza Hariati belum bisa move on. 

Pertama, Pasangan ini terkesan "cari aman" dengan banyak pernyataan normatif kemudian program kerja terkesan hanya modifikasi dari ahok-djarot. Kedua, pro-pengusaha seperti program oke-oce yang terkesan keberpihakan pada satu kelas saja yaitu wiraswasta, studi membuktikan kalau setiap orang punya ketertarikan yang berbeda tidak melulu soal uang akan sangat bahaya apabila semua orang di setting menjadi profit oriented. 

Ketiga, punya kecenderungan untuk bikin intoleransi melalui politik identitas SARA mayoritas-minoritas serta pribumi-non pribumi yang kemungkinan ditunggangi kelompok-kelompok anti NKRI serta kelompok rasis SARA. Keempat, punya kecenderungan untuk menabrak hukum seperti nafsu menutup Alexis tanpa memikirkan bahwa harus ada pelanggaran dulu baru boleh tutup. 

Kelima, kebijakan anies sandi sangat populis tapi lupa fokus kepada akar masalah seperti kesehatan soal standar keselamatan pasien, mulai dari tindakan ke biaya bukan hanya asal bisa masuk puskesmas dan rumah sakit jangan sampai kasus debora terulang. Keenam, pro penguasa seperti pertemuan dengan Luhut yang menjelaskan soal dampak positif reklamasi dan ironisnya Prabowo juga mendukung petemuan itu jadi kemungkinan reklamasi lanjut terus. 

Ketujuh, konsep pembangunan tanpa relokasi atau penggusuran masih tidak jelas ibarat harus menyelamatkan semua orang tanpa ada korban dan kita tahu konsep itu terlalu ideal jauh dari realita melihat data wilayah dan penduduk jakarta yang sangat timpang. Kedelapan, konsep untuk merangkul minoritas masih belum jelas, kita tahu ada ketidaknyamanan dari kalangan minoritas agama seperti syiah dan ahmadiyah, minoritas gender seperti kaum LGBT, yang sejak Anies-Sandi naik merasa rentan menjadi korban persekusi. Beberapa hal lain mungkin bisa ditemukan Anies-Sandi dalam kritikan pendukung Ahok-Djarot kepada mereka. Saya berharap semua hal itu bisa benar-benar Anies-Sandi perjuangkan agar kemudian dihilangkan.

Anies-Sandi harus sadar bahwa bukti masih banyak pendukung Ahok-Djarot yang belum bisa move on menjadi tanda bahaya tersendiri dalam pemerintahanya ke depan. Ambil contoh kasus soal Donald Trump di Amerika ternyata kesulitan mengendalikan pendukung fanatiknya yang rasis ras kaukasian atau kulit putih sehingga membelah kubu pro imigran dan kontra imigran. Saya juga mau terus terang bahwa keinginan kelompok agama islam seperti PKS dan yang sejenis untuk memberlakukan undang-undang syariah harus di kontrol sebab Jakarta bukan milik umat islam saja. 

Posisi pemerintah harus jelas ditengah merangkul semua identitas dan harus adil sebab soal makanan saja berbeda seperti muslim harus halal, hindu g bisa makan sapi, budha mengutamakan gaya hidup vegetarian ini bisa disiasati dengan menyediakan label makanan agar ada kebebasan memilih daripada membuat keberpihakan pada satu identitas saja dan melarang peredaran makanan lainya.

Saya punya solusi agar Anies-Sandi memiliki idependensi dan memiliki kesan milik bersama. Anies-Sandi harus berani melepaskan diri dari Gerindra dan PKS. Bukan rahasia lagi kalau partai sering menekan kader mereka dipemerintahan dengan kebijakan yang hanya menguntungkan partai bukan rakyat umum. Ambil contoh kasus Ahok dan Ridwan Kamil setelah melepaskan diri dari PKS dan Gerindra terbukti mampu menarik simpati dan mengobati luka rakyat yang sempat terbelah selama pemilu. Pisah jalan dengan parpol pendukung menjadi suatu keharusan apabila 100 hari pemerintahan terbukti belum bisa menyatukan kembali polarisasi identitas SARA. 

Anies-Sandi juga harus mau mendengarkan semua pihak secara adil. Adakan pertemuan rutin yang merangkul semua golongan terutama kalangan akademisi agar keputusanya ada faktor pertimbangan rasional. contoh kasus Jawa barat sang pemimpin Aher selalu menekankan doa-doa berusahanya kemudian padahal yang efektif ya keduanya harus beriringan. Kalau ambil contoh dari identitas Anies-Sandi yaitu islam peradabanya juga tidak sekonservatif seperti Arab sekarang. Silahkan tonton tayangan dokumenter BBC tentang peradaban emas islam judulnya The Empire of Reason disana terang menyatakan bahwa ketika menghadapi banjir pemerintahnya juga berusaha menggunakan alat bantu science dan juga alat bantu spiritual seperti doa jadi perlakuanya seimbang tidak timpang. 

Anies-Sandi harus memperbaiki pola pikir para ulama, pendeta dan tokoh agama. Kasus Eggi Sudjana dan Pendeta Setiyadi sudah cukup menunjukan bukti ada yang salah dengan pemimpin agama kita. Sebaiknya penceramah agama dan komunitas hobbi di kontrol oleh pemerintah Jakarta bisa dengan sertifikasi atau pengawasan ditambah kebijakan syarat double degree bidang agama/hobbi dan ilmu pengetahuan lain. Kalau penguasaan ilmunya hanya satu bidang terbukti pemikiranya banyak yang sempit dan kalau double degree kan belajar ilmu multi disiplin jadi kacamatanya luas. Soal sertifikasi bisa mencontoh Jerman sana ulamanya gak ada yang rese menghujat pimpinan dan malah senantiasa mendoakan jadinya kan adem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun