Setelah itu serdadu Afrika ikut aktif dalam ekspedisi ke Timor, Sulawesi, Kalimantan dan tentu saja dalam perang Aceh. Di sini seorang perwira dalam laporannya mengatakan bahwa, “Orang Afrika adalah serdadu-serdadu terbaik dalam KNIL (Serdadu Hindia Belanda)” dan “...memperhatikan bahwa orang Aceh sangat segan terhadap orang Afrika”.
Belanda tidak menutup mata terhadap prestasi dan jasa orang Afrika ini. Mengingat kedatangan mereka berstatus jomblo alias single, mereka menyalurkan kebutuhan biologisnya dengan perempuan setempat, ada yang sekadar kumpul kebo, namun banyak yang berujung dengan pernikahan. Mereka membangun kehidupan rumah tangga dan sewaktu kontrak mereka habis. Mereka yang tidak ingin kembali ke Afrika, memutuskan untuk menetap di tempat di mana mereka terakhir ditugaskan.
Setelah kemerdekaan Indonesia, ada yang kembali ke Belanda, ada yang kembali ke Afrika misalnya setelah kembali ke Elmira Ghana mereka membuat komunitas dan menamai tempat tinggal mereka dengan nama Java Hills. Kemudian ada juga yang menetap di Indonesia seperti prajurit Afrika Belanda setelah perang selesai ditempatkan disebuah pemukiman di Probolinggo yang kemudian membaur menjadi masyarakat Jawa hingga sekarang. Bahkan di Semarang atau beberapa daerah masih ada tuh Kampung Afrika. Keturunan Londo Ireng banyak yang campur dengan orang Indonesia sekarang. Orang Afrika yang mantan serdadu/tentara gampang berbaur dengan penduduk Indonesia karena agamanya juga Islam dan Kristen sehingga lebih mudah diterima. Coba cek silsilah keluarga siapa tahu ada yang keturunan Diaspora Afrika mantan tentara Belanda juga.