Mohon tunggu...
Reza Muchamad Iqbal
Reza Muchamad Iqbal Mohon Tunggu... Freelancer - mencoba menulis

apabila ada yang keliru mohon dikoreksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

KKN Tematik UPI: Pembekalan Literasi Baca Tulis, Numerasi, Sains, dan Digital di SMPN 29 Bandung

25 September 2021   09:00 Diperbarui: 25 September 2021   11:55 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemic Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) belum berakhir dan masyarakat dihimbau tetap menjalankan Protokol Kesehatan (Prokes) sampai saat ini.  Pandemi ini belum juga berakhir kurang lebih 1,5 tahun. Dikala pandemi seperti ini, tentunya banyak sekali aktivitas yang terhambat atau bahkan sampai tertunda baik dari segi perekonomian, pariwisata, bahkan sampai ke dunia pendidikan. Hampir semua kegiatan dikerjakan secara daring, tetapi seiring berjalannya waktu setelah vaksinasi diadakan di Indonesia sebagian daerah sudah memulai kegiatannya seperti semula (luring) tetapi harus mengikuti protokol kesehatan yang sesuai secara ketat.

Di dunia pendidikan, pandemi covid-19 tentunya memberikan dampak yang cukup besar seperti halnya mengurangi motivasi belajar siswa. Kegiatan belajar yang dilakukan secara daring tentunya memiliki kekurangan dan kelebihannya tersendiri terhadap proses dan hasil belajar siswa. Banyak sekali hambatan yang dirasakan siswa selama pembelajaran dilakukan secara daring seperti jaringan internet yang tidak stabil, kemampuan literasi untuk penggunaan teknologi yang kurang memadai, serta sarana dan prasarana yang dimiliki kurang memadai. 

Kegiatan belajar pada mata pelajaran IPA tentunya  membutuhkan praktik secara langsung karena pada mata pelajaran IPA mengandung materi fisika yang bersifat eksperimental, sehingga dalam pembelajaran sebaiknya diadakan pembelajaran berbasis eksperimen. Karena pembelajaran dilakukan secara daring atau yang kita kenal dengan istilah PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) membuat siswa tidak bisa menggunakan semua fasilitas sekolah yang ada untuk melakukan eksperimen pada mata pelajaran IPA.

Berdasarkan penelitian pendidikan, pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains akan membentuk konsep yang lebih kokoh daripada pembelajaran konvensional yang menggunakan pendekatan dengan ceramah atau diskusi di kelas. Di negara Indonesia,  banyak sekali guru IPA yang hanya menggunakan pendekatan secara konvensional (ceramah, diskusi dan memberikan soal - soal yang melibatkan hapalan) dalam pembelajaran di kelas. Karena pembelajaran di Indonesia memiliki waktu yang relatif singkat terhadap tuntutan materi yang ada, serta kurang lengkapnya alat di sekolah yang membatasi pengembangan keterampilan proses sains siswa selama pembelajaran di sekolah. Hal ini juga membuat pembelajaran di kelas  menjadi sulit bagi guru untuk melakukan eksperimen secara lansung untuk menanamkan konsep kepada siswanya.

Dalam penelitian "The impact perception of the resonance phenomenon simulation on the learning of physics concepts" yang dilakukan oleh Mohammed Chekor pada tahun 2018 menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah di Maroko sangat termotivasi untuk mengintegrasikan simulasi ke dalam proses belajar-mengajar konsep kelistrikan dan mereka percaya bahwa simulasi telah mampu mengurangi kesulitan tertentu dalam memperoleh konsep-konsep fenomena resonansi.

Pada pembelajaran abad ke 21, pendidik juga dituntut untuk mengembangkan keterampilan abad ke 21 yang dikenal dengan istilah 4C (communication, collaboration, critical thinking, and creativity). Dalam menumbuhkan keterampilan 4C, dalam mempelajari konsep – konsep fisika tentunya diperlukan pembelajaran yang eksperimental. Pembelajaran eksperimental tentunya membuat siswa terpancing untuk berpikir kritis dan kreatif. Selain itu, pembelajaran fisika yang dilakukan dalam bentuk eksperimen secara berkelompok juga melatih siswa untuk bekerja sama (berkolaborasi) dengan siswa lain dan meningkatkan kemampuan berkomunikasinya melalui diskusi dengan teman sekelompoknya. Maka dari itu, diperlukan pembelajaran yang berbasis eksperimen baik secara riil maupun virtual. Dengan pembelajaran berbasis eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Simulasi Phet merupakan salah satu simulasi yang sudah mendunia dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi serta kemampuan literasi siswa.

whatsapp-image-2021-09-24-at-16-39-04-614e61e0010190268a201cd2.jpeg
whatsapp-image-2021-09-24-at-16-39-04-614e61e0010190268a201cd2.jpeg
Simulasi memang tidak dapat menggantikan peran eksperimen seutuhnya. Akan tetapi, berdasarkan berbagai penelitian simulasi dapat mengurangi kesulitan yang dialami siswa dalam menemukan dan memahami konsep -- konsep fisika khususnya pada materi yang sulit untuk dieksperimenkan. Simulasi juga memiliki beberapa kelebihan daripada eksperimen, diantaranya adalah penggunaan biaya lebih rendah, tingkat kecelakaan kerja lebih kecil, dan efisiensi waktu. Selain itu, simulasi menyajikan eksperimen virtual yang memberikan siswa kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan perangkat teknologi yang bisa membuat siswa menjadi melek terhadap teknologi.

Semoga dengan diadakannya kegiatan KKN Tematik yang dilakukan oleh Universitas Pendidikan Indonesia dapat membantu menumbuhkan motivasi belajar dan kemampuan literasi siswa meskipun pembelajaran dilakukan secara daring (pembelajaran jarak jauh), serta mampu menumbuhkan semangat serta kesadaran masyarakat tentang betapa pentingnya literasi dalam kehidupan. Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara khususnya dalam "kemampuan literasi" masyarakat Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun