Mohon tunggu...
Reza Mahdi
Reza Mahdi Mohon Tunggu... Freelancer - LibExcellent; Mahasiswa S1 Ilmu Perpustakaan Universitas Negeri Malang

Penyuka budaya, riset dibidang ilmu perpustakaan dan informasi ~~

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Covid-19: Antara Disrupsi atau Peluang?

7 Juni 2020   17:40 Diperbarui: 7 Juni 2020   17:42 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Well, berbicara soal disrupsi ini tentu berkaitan dengan masuknya teknologi ke lapisan masyarakat yang 'dikhawatirkan' akan menggantikan peran manusia dalam industri apapun. Mesin seperti AI dan Robot (seperti drone) kedepannya merupakan 'ancaman' bagi manusia karena bisa melakukan pekerjaan yang sama dengan manusia. Sebagai contoh AI seperti Siri (Apple), Google Assistant, dan Cortana (Windows 10) bisa menggantikan pekerjaan sekretaris karena diperkirakan 'mereka' akan berkembang lebih canggih dibandingkan sekarang ini. Lalu, perusahaan start-up seperti Go-jek dan Grab merupakan suatu disrupsi dari ojek pangkalan biasa. Kemudian contoh lain bisa dilihat pada gambar di bawah ini

Source: https://www.picuki.com/media/2194020479768863503
Source: https://www.picuki.com/media/2194020479768863503

Gambar tersebut memperlihatkan terdapat dua profesi yang tergantikan dalam jangka waktu 10 tahun. Gabungan dua profesi dari pilot helikopter dan fotografer profesional yang menjadi fotografer udara, digantikan oleh drone yang dapat memotret fenomena dari udara hanya dengan dikendalikan oleh manusia dari bawah, sehingga memiliki cost yang cenderung lebih murah. Tetapi kini bukan hanya itu saja yang menjadi disrupsi bagi manusia.

Seluruh negara di belahan dunia ini sedang menghadapi pandemi yakni Covid-19 (Coronavirus Disease) yang membuat banyak aspek berubah. Dilansir dari Alodokter.com, Covid-19 ini merupakan virus yang menginfeksi sistem pernafasan yang bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Virus tersebut kerap menyebar dengan cepat sehingga menyebabkan banyak sekali masyarakat yang terinfeksi. Oleh karena itu banyak tindakan preventif yang dilakukan oleh masing - masing individu untuk mencegahnya penularan virus tersebut seperti sering mencuci tangan, selalu memakai masker ketika keluar, hand sanitizer yang selalu siap di dalam kantung, langsung mandi ketika baru datang ke rumah mesikpun pergi tidak lama, dan lain - lain.

Itu tentu merubah budaya kita dari segi menjaga kesehatan. Namun bagaimana dengan aspek lain seperti kondisi sosial dan ekonomi? Yap, seperti yang terdapat dijudul yakni 'disrupsi', mungkin Covid-19 ini bisa dikatakan menjadi disrupsi yang sekarang ini hadir ditengah - tengah faktor 'disrupsi' lainnya seperti teknologi. Virus tersebut merubah keseharian masyarakat di dunia, semisal budaya e-commerce yang banyak digunakan oleh masyarakat karena terkesan lebih aman, bahkan banyak UMKM yang beralih ke e-commerce untuk bertahan ditengah pandemi ini.

Berkaitan dengan disrupsi, saya pernah  mengikuti seminar mengenai Disruptive Technology: Opportunities and Challenges of Libraries and Librarians yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Universitas Surabaya dalam rangka merakayakan Dies Natalis ke-50, pada 20 - 21 Maret 2018. Salah satu pembicara yaitu Dr. Bonnie Suherman mengatakan dalam presentasinya,

"Surely, disruption is a myth. Disruption is our inability to stay aware of ourselves, stay focus on our initial intentions, and to aware of environmental symptoms and changes"

Jadi, disrupsi ini terjadi ketika kita tidak mampu untuk peka salah satunya dengan gejala dan perubahan lingkungan. Nah, perubahan lingkungan ini sudah terjadi akibat Covid-19 yang berdampak pada industri/bisnis. Kita bisa melihat contoh, yaitu industri penerbangan yang mengalami penurunan jumlah penerbangan, menurut data dari Badan Pusat Statistika. Pada kedatangan penerbangan internasional menuju ke Jakarta, rata - rata bulan Maret 2020 sejumlah 34 pesawat per-hari, namun perhitungan terkahir pada bulan April 2020, rata - rata penerbangan menjadi 11 pesawat per-hari.

Selain itu, e-commerce yang juga menurut Badan Pusat Statistika mengalami pertumbuhan transaksi di dalamnya. Penjualan e-commerce didominasi oleh makanan dan minuman sedangkan yang terendah adalah alat olahraga. Hal ini menyimpulkan, bahwa banyak masyarakat yang membuka bisnis secara online perekonomian tetap hidup dan tentunya juga lebih aman karena less interaction demi menahan penyebaran virus.

Kemudian, banyak travel dan hotel yang harus gulung tikar akibat penyebaran virus ini. Airy merupakan perusahan teknologi yang mengelola hotel atau penginapan dan memiliki jaringan 2.000 properti dengan total kapasitas lebih dari 30.000 kamar, terpaksa harus tutup karena pandemi ini. Ini akibat banyaknya masyarakat yang harus menunda liburan selama berbulan - bulan akibat pandemi.

Lalu, webinar melalui banyak platform seperti Zoom, Google Hangout, Webex, dan lain-lain sekarang ini banyak diminati oleh masyarakat. Selain tidak perlu berinteraksi langsung, pemakaiannya cenderung mudah serta beberapa dari platform tersebut gratis. Semua itu tidak hanya digunakan untuk webinar, namun juga untuk pembelajaran jarak jauh seperti kuliah, sekolah, atau bimbingan belajar/les.

Nah, itu adalah beberapa contoh fenomena yang terjadi saat ini. Beberapa diantaranya merupakan contoh disrupsi akibat Covid-19. Namun, saat terjadi disrupsi pada beberapa industri/bisnis, ada peluang yang bisa dilakukan oleh masyarakat, semisal e-commerce tadi. Masyarakat tentu akan terdorong untuk mempelajari hal baru supaya bisa bertahan hidup di tengah pandemi yang dapat menjadi 'disrupsi' ini. Mempelajari teknologi untuk e-commerce ataupun sarana interaksi melalui dunia maya merupakan beberapa contoh yang ada. 

Membuka online shop melalui platform seperti Tokopedia, Lazada, ataupun Shopee merupkan salah satu contoh peluang yang ada. Media sosial juga bisa digunakan sebagai sarana untuk membuka online shop. Kemudian barang bisa diantar melalui sarana seperti Go-Send maupun Grab Send yang masih beroperasi ditengah pandemi ini. Tentunya, kita saling membantu terhadap masayrakat yang belum mahir dalam e-commerce atau teknologi interaksi dunia maya agar bisa berdaya bersama.

Lalu bagaimana bagi mereka yang kondisinya yang benar - benar tidak mampu untuk menggunakan teknologi tersebut? Sebagai mahluk sosial, kita wajib membantu mereka yang sudah benar -benar mengalami disrupsi dari Covid-19 sehingga terancam dari segi sosial atau ekonominya. Kita yang mempunyai penghasilan ditengah pandemi Covid-19 ini, menggunakan penghasilan tersebut untuk saling membantu. Hal yang paling penting untuk diketahui saat ini adalah disurpsi yang paling besar adalah tertutupnya kepedulian dari setiap individu dengan yang lain. 

Sekian dari goresan saya, semoga kita bisa survive dari segi apapun ditengah pandemi ini. Maafkan banyak kekurangan ditulisan ini, sehat dan berkah selalu untuk semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun