Mohon tunggu...
Reza Imansyah
Reza Imansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Indonesia

Seorang mahasiswa teknik sipil yang sangat menyayangi ilmunya. Suka menguak sisi lain Indonesia, khususnya dalam sosial, budaya, dan politiknya. Menulis menjadi bagian dari hidup. Dan akan terus hidup walau saya mati. Saya yakin.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

AADJ: Ada Apa dengan Jokowi?

21 Juli 2020   11:19 Diperbarui: 21 Juli 2020   11:45 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Widodo (setkab.go.id, 2019)

Merasakan kepemimpinan Joko Widodo untuk yang kedua kalinya tidak semengenakan apa yang dirasakan ketika di periode pertama. Dulu, kita disuguhkan dengan banyak terobosan seperti kartu-kartu penunjang pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Belum lagi dengan perbandingan orang-orang di kabinet yang lebih banyak profesional daripada politikus.

Di dalam kabinetnya, juga terdapat orang-orang inovatif seperti Ignasius Jonan, Susi Pudjiastuti, mengembalikan Sri Mulyani, dan pastinya si nyentrik Basuki Hadimuljono. Didukung sifat sederhana dan kejujurannya dari masa Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, seolah masa depan Indonesia semakin terbuka nyata nan apik.

Entah apa yang terjadi, di periode kedua ini, Presiden Jokowi mengalami penurunan drastis dalam kepemimpinannya maupun karir politiknya. Minimnya inovasi dalam mengembangkan negara, terus-terusan memperbanyak infrastruktur tanpa membahas hal-hal lain, kabinet yang semakin amburadul pekerjaannya, sampai anaknya yang maju menjadi Calon Wali Kota Solo menghiasi media yang membuktikan adanya sesuatu perbedaan dari sosok tukang kayu ini daripada sebelumnya.

Langkah-langkah Jokowi di periode kedua ini rasanya lebih politis dan memberikan keuntungan tersendiri bagi beberapa pemegang kuasa. Saya juga mengetahui pastinya ada proses tertentu menuju kemakmuran Indonesia dalam step-step politis tertentu, akan tetapi nampaknya perhitungan Jokowi salah.

Kesalahan 1 : Memilih Ma'ruf Amin

Saya tidak mengatakan Ma'ruf Amin orang yang tidak cocok menjadi pemimpin. Masa-masa beliau di MUI, NU, dan lain sebagainya menunjukan beliau memiliki kapabilitas sebagai seorang pemimpin. Pun peran wakil presiden memang tidak sebesar itu.

Kita bisa melihat wakil presiden selain Jusuf Kalla nampaknya tidak terlalu aktif dalam kehidupan pemerintahan dan berpolitik, paling hanya meresmikan tempat tertentu dan menjadi undangan terhormat. Namun, masyarakat telah mengekspektasikan wakil presiden yang se-aktif Jusuf Kalla. Hal ini juga terjadi ketika Boediono menjadi wakil Susilo Bambang Yudhoyono di periode kedua 2009-2014.

Kapasitas Ma'ruf Amin memang tidak seluas itu, akan tetapi perannya dalam pembuatan kebijakan serta mengevaluasi kabinet rasanya perlu dipertanyakan. Dalam beberapa rapat kabinet serta wawancara, terlihat beliau hanya memberikan pendapat normatif dalam forum-forum tersebut. Beliau tidak seperti "bosnya" yang lebih konkrit dan to the point dalam memberikan arahan.

Mungkin jika Jokowi tidak salah perhitungan ketika kampanye dahulu, ketika beliau mengira Prabowo menggaet ulama sebagai wakilnya, hal ini akan berbeda hasilnya.

Kesalahan 2 : Bermain Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun