Mohon tunggu...
Reza Furqanza
Reza Furqanza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang hanya memiliki prinsip seperti titik

20107030012 Mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kegagalan Itu Teman Baikku

27 Mei 2021   12:55 Diperbarui: 27 Mei 2021   13:12 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : pixabay.com

Selama menjalani kehidupan, kita pasti pernah mencicipi rasa manis juga rasa pahit. Rasa manis ketika kita menikmati butiran gula dan rasa pahit ketika kita menikmati sebutir obat. Kedua rasa yang pastilah pernah dirasakan setiap manusia. Kedua rasa yang saling berlawanan. Kedua rasa yang tidak akan pernah bisa dihilangkan dalam kehidupan. Kedua rasa yang tidak hanya terdapat pada gula dan obat, namun juga terdapat pada setiap keadaan yang kita lalui selama menjalani kehidupan.

Rasa manis dan pahit akan selalu mengiringi setiap gerak-gerik kita. Terkadang kita akan mengalami rasa manis yang sangat kita sukai dan terkadang juga kita terpaksa harus merasakan rasa pahit yang lumayan kita benci. Namun, rasa manis yang kita sukai belum tentu selalu berarti baik dan rasa pahit yang kita benci juga belum tentu selalu berarti buruk. 

Sama seperti gula yang jika terlalu banyak akan menimbulkan penyakit. Juga sama seperti obat yang meskipun pahit dapat menjadi penyembuh dari penyakit. Dua hal yang akan selalu berjalan beriringan dan akan saling melengkapi. Tanpa adanya rasa pahit maka kita tidak akan mengerti apa itu manis, begitu juga sebaliknya. Dan dalam kehidupan nyata, manis ini sering dianalogikan sebagai keberhasilan dan pahit sebagai kegagalan.

Keberhasilan dan kegagalan merupakan dua hal yang pasti akan kita rasakan. Kita tidak akan mampu lari dari dua hal ini. Kita tidak akan mampu menolak hadirnya dua hal ini. Maka jangan berpikir untuk menolak kehadirannya karena itu akan sangat sulit terjadi. Kebanyakan orang selalu ingin terus menerus merasakan keberhasilan dan akan berusaha begitu keras untuk menolak kegagalan. Namun masih banyak yang tidak sadar bahwa hal itu tidak akan bisa dilakukan. 

Masing-masing kita pasti pernah dikunjungi oleh kegagalan baik itu dalam hal pelajaran, pekerjaan, percintaan, permainan, perkelahian, perebutan, perkalian, pembagian, pengurangan, dan berbagai hal lainnya. Jujurlah pada diri sendiri bahwa anda pasti pernah merasakan salah satunya. Dan tentu saja masih banyak orang yang terjebak dalam asumsi bahwa kegagalan merupakan alasan dan bentuk dari ketidakbahagiaan.

Sebagian besar orang merasa bahwa dirinya hanya akan bahagia ketika mendapatkan keberhasilan. Namun cobalah berpikir bahwa bukankah keberhasilan juga terkadang malah membawa ketidakbahagiaan ?.

Sama seperti rasa manis dari gula yang terkadang malah membawa penyakit, begitu juga dengan keberhasilan. 

Keberhasilan terkadang malah membuat orang merasa sombong, merasa was-was jika keberhasilan itu hilang, merasa terganggu jika ada orang yang lebih berhasil dari dirinya, dan berbagai hal lain yang malah membuat kehidupannya tidak bahagia. Lantas mengapa kita terlalu mengharapkan keberhasilan dan merasa sangat kecewa ketika tidak memperolehnya?.

Begitu juga dengan kegagalan. Sama seperti obat yang dapat menyembuhkan penyakit. Kegagalan juga mampu membuat kita menemukan potensi baru dalam diri, menemukan kekurangan yang dapat diperbaiki, menambah pelajaran agar tak terjerumus dua kali, dan berbagai keadaan lain yang dapat menghadirkan kebahagiaan tersendiri.

Tanpa adanya rasa pahit maka kita tidak akan benar-benar mengerti apa itu manis. Begitu juga tanpa adanya kegagalan kita tidak akan mampu benar-benar memahami keberhasilan. Kegagalan bukanlah suatu indikator bahwa kita tidak bahagia. Masih banyak yang berasumsi bahwa ketika gagal kita harus bersedih, kita harus terpuruk, depresi dan sebagainya. Dibanding melakukan berbagai hal negatif itu, bukankah akan lebih baik jika kita menerima kegagalan dengan hati lapang. Menerima kegagalan sebagai suatu obat yang akan menyembuhkan kehidupan kita. Menerima kegagalan sebagai suatu pelajaran berharga dalam kehidupan. Menerima kegagalan sebagai batu pijakan untuk terus berkembang dan menjadi lebih baik. Serta menerima kegagalan sebagai teman baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun