Mohon tunggu...
Reza Furqanza
Reza Furqanza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang hanya memiliki prinsip seperti titik

20107030012 Mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Profesi Tak Sesuai Studi? Biasalah

29 Maret 2021   13:21 Diperbarui: 29 Maret 2021   13:30 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Artikel kali ini nampaknya tak perlu dimulai dengan sebuah pertanyaan, karena agaknya kita semua pasti sudah pernah melihat atau sekadar mengetahui fenomena ini. Ya, fenomena dimana seseorang bekerja dan memiliki sebuah profesi yang tak sesuai dengan studi yang ditempuhnya atau bahkan bisa jadi sangat berlawanan dengan pendidikan yang diraihnya. Misalnya, seorang sarjana kehutanan yang bekerja sebagai seorang akuntan, atau seorang akuntan yang bekerja sebagai seorang public relations, atau bahkan seorang lulusan public relations yang malah memilih untuk berkarir di bidang kehutanan dan pertanian.

Fenomena semacam ini sebenarnya sudah tidak asing lagi di kalangan kita, dan ada banyak sekali penyebab terjadinya fenomena semacam ini baik itu karena memang jurusan yang ditempuhnya sebenarnya memang tidak dia minati, passion dan skill yang dia miliki berada di pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusannya, atau bahkan karena memang lapangan pekerjaan yang sesuai dengan studinya tidak banyak dan tidak lagi mampu menampung tenaga kerja baru.

Walaupun sudah tidak asing lagi dengan fenomena semacam ini, akan tetapi tetap saja ada banyak orang yang menganggap bahwa hal semacam ini adalah sesuatu yang aneh bahkan tak jarang ada yang begitu mempersalahkannya. Masih banyak anggapan yang tersebar bahwa bekerja dengan sebuah profesi yang tak sesuai dengan studi adalah suatu masalah yang akan mempengaruhi bagus tidaknya hasil dari suatu pekerjaan yang dilakukan. 

Ada juga yang memberikan anggapan tentang bekerja dengan profesi yang berbeda dengan studi melalui sesuatu yang terkesan meremehkan, misalnya ada yang mengatakan bahwa percuma saja kuliah di jurusan begitu eh tapi nanti akhirnya malah bekerja begini, atau misalnya ada yang mengatakan bahwa wah percuma kuliah kalau malah kerja begini, atau ada juga yang mengatakan bahwa pantas aja kerjanya gak beres eh ternyata kerjaannya gak sesuai jurusan, dan perkataan-perkataan lain yang terkesan meremehkan. 

Tidak hanya itu, bahkan ada anggapan yang menyebutkan bahwa hal semacam ini nantinya akan malah menjadi problem baru dimana ketika ada banyak orang yang bekerja di tempat yang tidak sesuai dengan jurusannya, akan berdampak pada mengecilnya peluang kerja untuk orang-orang yang memang ingin bekerja sesuai dengan studinya, karena lapangan pekerjaan tersebut sudah lebih dulu dipenuhi oleh orang-orang dari studi lain. 

lantas apakah anggapan-anggapan yang seperti itu memang benar, ataukah hanya sesuatu yang dibesar-besarkan yang mungkin malah akan menimbulkan problem yang sebenarnya. Entahlah, semua kembali ke perspektif masing-masing orang. Terlepas dari benar salahnya berbagai anggapan itu, yang jelas fenomena ini tentu saja memiliki sisi positif dan negatif masing masing.

Menurut pendapat penulis, sebenarnya jika kita melihat pada kenyataan dan fakta yang sedang terjadi saat ini, profesi yang tak sesuai dengan studi sebenarnya bukanlah sebuah masalah dan bahkan bisa dianggap sebagai sesuatu yang "biasalah". Jurusan serta gelar yang diraih dalam studi bukanlah tolak ukur utama, dalam menilai layak dan bagus tidaknya seseorang dalam mengerjakan sesuatu. 

Bisa saja orang yang merupakan lulusan kehutanan lebih baik dalam hal keuangan dibandingkan dengan orang yang memang lulusan studi keuangan. Atau bahkan saat ini kita dapat melihat bahwa ada orang-orang yang bahkan tidak sekolah atau kuliah, tetapi memiliki kecakapan melebihi orang-orang yang kuliah. oleh sebab itu, gelar tidak serta merta dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai seorang pekerja. 

Dibandingkan dengan gelar, sebenarnya bagaimana skill seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan lebih cocok untuk dijadikan sebagai tolak ukur. Gelar tidak serta merta menjadi standard bahwa seseorang sudah benar-benar memahami hal yang terkait dengan studi yang ditempuhnya. 

Bahkan faktanya, ada banyak sarjana yang tidak begitu paham dengan studi yang ditempuhnya. Bisa jadi ketika kuliah dia hanya sekedar mengikuti perkuliahan tanpa memahami apa yang sedang dikuliahkan. Dan hal semacam ini sudah sering terjadi dikalangan kita. Sehingga saat ini, tolak ukur yang tadinya mengedepankan gelar perlahan sudah berubah dan menjadikan skill sebagai tolak ukur yang dianggap lebih pas dan efisien. Dan perubahan semacam ini telah banyak digunakan di berbagai perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun