Mohon tunggu...
Reza Febriana
Reza Febriana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Merombak Penyeberangan Jakarta

19 Desember 2016   15:17 Diperbarui: 19 Desember 2016   15:25 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laju hilir-mudik kendaraan di jalanan Jakarta begitu sesak, ratusan bahkan ribuan kendaraan berjubel di jalanan. Asap tebal menyesakkan,rentetan bunyi klakson yang menguras kesabaran dan bunyi knalpot yang memekakkan telinga adalah keseharian jalan-jalan di Jakarta. Jalan Jakarta hampir tidak pernah mengenal apa artinya sepi, motor, mobil, bis dan truk seolah dipecuti waktu untuk terus melaju, saling berkejar-kejaran memacu mesinnya. Di tepi jalan Jakarta selalu mudah ditemui wajah bingung nan ragu-ragu, haruskah dia ambil keputusan ini, keputusan untuk menyebrang melintasi arus jalan Ibukota yang padat. 

Bahaya? Jelas, bukan tidak mungkin sewaktu-waktu bisa saja tubuhnya ditabrak bemper mobil yang tidak sabar ingin terus melalu dan gagal melakukan pengereman, atau disenggol stang motor yang begitu asyik meliuk-liuk di tengan kepadatan jalan raya. Jalan raya Ibukota seperti punya logikanya sendiri, keamanan dan keselamatan kadang bukan bagian dari logika itu, setiap orang hanya ingin segera tiba di rumahnya, tak peduli ada ancaman bahaya. 

Begitu juga dengan orang di tepi yang ingin menyebrang jalan, kepadatan jalan bukanlah tantangan berarti, dia hanya ingin segera tiba, berkumpul dengan sanak familinya. Penyebrang jalan Jakarta adalah penantang yang gigih, seorang risk takeryang bernyali, berani menghadapi setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi saat sedang menyebrang.

Itu sekilas hikayat penyebrang jalan Jakarta…

Di kota-kota besar dengan kepadatan jalan raya yang luar biasa membangun sebuah jembatan penyebrangan adalah keharusan. Di Jakarta sendiri ada sekitar 137 Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Tapi, beberapa di antara JPO itu sudah berusia lebih dari 18 tahun. Djarot mengatakan jika dia terpilih nanti, akan ada percepatan untuk merevitalisasi JPO-JPO yang dianggap sudah tua dan beresiko jika tetap dipakai. Djarot mencanangkan setidaknya ada 77 JPO yang harus segera direvitalisasi, saat ini pihaknya sedang mengkaji siapa yang bertanggung jawab dalam penanganan JPO, apakah proyek ini menjadi tanggung jawab dari Dinas Perhubungan atau PT. TransJakarta. Menurut Djarot, JPO yang terinteggrasi dengan halte busway seharusnya menjadi tanggung jawab PT. TransJakarta, sementara JPO umum akan dikelola oleh Dinas Perhubungan. Bagi Djarot, yang jelas pemerintah akan mengawal proyek revitalisasi JPO ini. Dia tidak mau sampai ada peristiwa seperti yang terjadi pada JPO Pasar MInggu terulang.

Jembatan Penyebrangan Orang sudah sejakartanya (read: seyogianya) memberikan keamanan dan kenyamanan untuk para penyebrang jalan. Jangan sampai justru malah mengancam keselamatan penyebrang jalan. Sudah seharusnya pemerintah ikut ambil amdil dalam menjaga keselamatan para penyebrang jalan, dapat terhindar dari kecelakaan yang tejadi di jalan dan bahaya yang mengancam di JPO.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun