Mohon tunggu...
Reza Firnanto
Reza Firnanto Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Akuntansi Universitas Pekalongan

Buruh tulis yang suka dengan Chelsea FC dan sedang menimba ilmu Akuntansi di Universitas Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Perdagangan Karbon, Bentuk Kapitalisasi dalam Solusi Penurunan Emisi Karbon

12 Desember 2020   15:29 Diperbarui: 13 Desember 2020   00:25 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emisi karbon merupakan kunci penting untuk menghindari perubahan iklim saat ini. (History in HD via Unsplash)

Negara-negara maju tersebut akan membeli izin melakukan pencemaran (emission permit) kepada negara-negara berkembang. Seperti yang kita ketahui, di negara-negara berkembang masih terdapat banyak hutan yang dapat menyerap karbon.

Hutan-hutan tersebut akan dihargai berdasarkan seberapa besar kemampuannya dalam menyerap karbon. Semakin besar kemampuan hutan tersebut dalam menyerap karbon, maka semakin banyak pula uang yang didapatkan oleh negara berkembang tersebut. Mereka akan mendapatkan uang antara 5--12 US$ dari negara-negara maju untuk setiap satu ton karbon yang diserap.

Hal tersebut mengakibatkan negara-negara berkembang harus menjaga kualitas hutan yang dimilikinya sebaik mungkin dan menghindari penebangan hutan dalam jumlah yang banyak, sedangkan negara-negara maju hanya membayar sejumlah uang dan menyediakan teknologi saja.

Mekanisme tersebut tentu tidak terlepas dari pola pikir kapitalis, bahwa alam bisa dimodifikasi untuk tujuan komersial semata. Hanya negara-negara berkembang yang berusaha menurunkan emisi karbon.

Sementara negara-negara maju tetap membiarkan emisi karbon terus berlangsung dari kegiatan industri mereka. Bisa dibilang perdagangan karbon ini semacam lisensi bagi negara-negara maju untuk mengotori bumi.

Mereka terkesan seperti malaikat yang hadir dengan memberikan bantuan keuangan bagi negara-negara berkembang. Padahal, sejumlah uang tersebut tidak sebanding dengan kerusakan alam yang mereka timbulkan.

Bahkan, mereka hanya akan memberikan uang tersebut ketika negara-negara berkembang benar-benar menurunkan emisi karbon (pay for performance). Mereka tidak benar-benar serius untuk menurunkan emisi karbon tersebut.

Keadaan tersebut juga diperparah dengan keputusan Donald Trump yang mengumumkan Amerika Serikat mundur dari kesepakatan tersebut. Bagi Trump, mekanisme tersebut dapat memiskinkan dan merugikan Amerika Serikat.

Pasalnya, Amerika Serikat menjadi penyumbang emisi karbon terbanyak di dunia sekitar kurang lebih 15% dari total emisi karbon dunia. Target untuk menurunkan tingkat emisi karbon tentu akan semakin sulit tercapai.

Terlepas dari kejadian tersebut, perdagangan karbon memang bukan solusi yang tepat untuk menurunkan emisi karbon. Solusi tersebut tidak mengambil tanggung jawab dengan berperan langsung kepada alam, melainkan mengkonversikan terlebih dahulu dalam sistem pasar atau perdagangan.

Bisa dibilang perdagangan karbon merupakan bentuk kapitalisasi dalam solusi penurunan emisi karbon. Pasalnya, penurunan emisi karbon hanya dibebankan kepada negara-negara berkembang saja, sedangkan negara-negara maju dapat dengan bebas mengeluarkan emisi karbon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun