Mohon tunggu...
REZA DWI KURNIAWAN
REZA DWI KURNIAWAN Mohon Tunggu... Politisi - Mahasiswa

Penulis dan pengamat Ekonomi dan Politik (EKPOL )

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Melemahnya Partai Kader dalam Dinamika Politik Kontemporer

30 November 2024   01:18 Diperbarui: 30 November 2024   05:36 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deindustrialisasi telah membawa dampak besar pada struktur ekonomi dan sosial, memengaruhi keberlanjutan partai kader sebagai salah satu pilar utama demokrasi. Pergeseran ekonomi dari sektor manufaktur ke sektor jasa telah mengubah tatanan masyarakat kelas pekerja yang dahulu menjadi basis solid bagi partai-partai kader.

 Dengan berkurangnya jumlah pekerja di industri dan meningkatnya pekerjaan informal atau fleksibel, partai kader kehilangan daya dukung dari kelompok sosial yang selama ini menjadi tulang punggungnya.

Partai kader, yang identik dengan hierarki organisasi yang kuat dan proses kaderisasi sistematis, kini menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan relevansi di tengah masyarakat yang semakin terfragmentasi. Basis sosial yang dahulu berbasis kelas kini tergantikan oleh struktur masyarakat yang lebih cair dan individualis. 

Dalam situasi ini, muncul partai sosial demokratis yang menawarkan pendekatan lebih fleksibel dan pragmatis, fokus pada isu-isu universal seperti lingkungan, keadilan sosial, dan hak asasi manusia.

Partai sosial demokratis memanfaatkan celah ini dengan pola organisasi yang cair dan model keanggotaan tanpa komitmen tinggi. Hal ini menarik masyarakat modern yang semakin apatis terhadap politik ideologis. Namun, kehadiran partai sosial demokratis ini tidak serta-merta memperbaiki kualitas demokrasi. 

Alih-alih menjadi alternatif yang visioner, banyak partai sosial demokratis justru hanya bergerak secara reaktif, merespons isu yang sedang populer tanpa visi jangka panjang. Ketiadaan proses kaderisasi yang kuat membuat partai sosial demokratis sering kali kekurangan pemimpin ideologis yang mampu membawa arah kebijakan yang jelas. 

Akibatnya, keputusan dan strategi politik mereka cenderung ditentukan oleh kalkulasi elektoral jangka pendek daripada visi strategis yang berakar pada nilai-nilai ideologis. Selain itu, pendekatan pragmatis ini juga memperkuat fenomena individualisme, di mana partai sering hanya dijadikan kendaraan politik pribadi, bukan alat perjuangan kolektif. Individualisme ini memperburuk situasi. 

Di satu sisi, masyarakat semakin enggan untuk terlibat secara aktif dalam gerakan politik. Di sisi lain, politisi memanfaatkan partai sebagai alat personal untuk mencapai kekuasaan, tanpa komitmen terhadap organisasi atau ideologi yang diwakilinya. Konsekuensi ini menciptakan dinamika politik yang dangkal, di mana partai tidak lagi menjadi motor gerakan yang mampu memimpin opini publik secara konsisten.

Ketergantungan pada media dan teknologi memperdalam dilema ini. Alih-alih membangun gerakan berbasis akar rumput, partai sosial demokratis sering kali hanya memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan populis. Politik citra menggantikan politik substansi, menciptakan situasi di mana diskusi publik hanya berfokus pada isu-isu permukaan tanpa menyentuh akar masalah yang lebih dalam.

Tanpa struktur organisasi yang kuat, partai sosial demokratis juga kesulitan memobilisasi massa secara efektif. Mobilisasi massa yang dulu menjadi kekuatan partai kader kini bergeser menjadi pendekatan top-down yang dangkal dan kurang menyentuh elemen emosional maupun ideologis dari para pendukung. Hal ini membuat partai sulit membangun loyalitas jangka panjang, yang diperlukan untuk mendorong perubahan sistemik dalam politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun