Mohon tunggu...
REZA DWI KURNIAWAN
REZA DWI KURNIAWAN Mohon Tunggu... Politisi - Mahasiswa

Penulis dan pengamat Ekonomi dan Politik (EKPOL )

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Propaganda: Sejarah dan Perkembangannya

29 November 2024   18:28 Diperbarui: 29 November 2024   18:28 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Penalutim.com

Politik propaganda merupakan strategi komunikasi yang bertujuan untuk memengaruhi opini publik, membentuk persepsi, atau memperkuat dukungan terhadap ideologi, kebijakan, maupun individu tertentu dalam politik. Dengan menggunakan pesan yang dirancang secara emosional, propaganda memobilisasi massa melalui pendekatan manipulatif yang sering kali bias. Dalam politik, propaganda digunakan untuk memenangkan pemilu, melegitimasi kekuasaan, atau melemahkan lawan politik. Penggunaan simbol, slogan, serta pengulangan pesan menjadi ciri khas propaganda, terutama dalam memanfaatkan media massa hingga media sosial sebagai alat distribusi pesan.  

Sejak zaman kuno, propaganda telah menjadi alat kekuasaan. Di Romawi Kuno, Kaisar Agustus memanfaatkan karya seni dan monumen untuk membangun citranya sebagai pemimpin yang bijaksana. Istilah "propaganda" sendiri berasal dari bahasa Latin *Congregatio de Propaganda Fide*, yang dipopulerkan oleh Gereja Katolik pada abad ke-17 sebagai misi penyebaran agama Katolik menghadapi pengaruh Protestanisme. Pada masa itu, propaganda lebih banyak digunakan untuk membentuk keyakinan religius. Namun, dalam perkembangan sejarah, propaganda menjadi alat yang lebih politis dan strategis.  

Pengaruh propaganda semakin terasa pada era Perang Dunia I dan II. Selama Perang Dunia I, negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman memanfaatkan poster, film, dan radio untuk meningkatkan semangat patriotisme serta melemahkan moral musuh. Pada Perang Dunia II, propaganda mencapai puncaknya dengan keterlibatan Nazi Jerman di bawah kendali Joseph Goebbels, yang menggunakan propaganda untuk menyebarkan ideologi antisemitisme dan nasionalisme ekstrem. Propaganda pada masa perang bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga senjata psikologis yang berdampak besar terhadap opini publik dan dinamika geopolitik.  

Di era modern, propaganda politik terus berkembang dengan kemajuan teknologi. Internet dan media sosial menjadi platform utama penyebaran propaganda yang lebih cepat dan masif. Kampanye politik sering kali menggunakan narasi manipulatif, berita palsu (hoaks), atau iklan berbayar untuk membentuk opini masyarakat. Tantangan modern adalah membedakan antara komunikasi politik biasa dan propaganda, karena keduanya semakin sulit dipisahkan. Penggunaan algoritme media sosial yang memperkuat bias pengguna semakin mempermudah penyebaran propaganda yang terarah.  

Dampak propaganda sendiri bersifat dualistik. Di satu sisi, propaganda mampu membangun persatuan dan semangat perjuangan, seperti yang terlihat dalam kampanye antikolonialisme di Asia dan Afrika pada abad ke-20. Namun, di sisi lain, propaganda juga digunakan untuk memanipulasi informasi, menyebarkan kebencian, serta merusak nilai-nilai demokrasi. Propaganda negatif dapat menimbulkan polarisasi masyarakat, yang akhirnya melemahkan stabilitas sosial dan politik.  

Seiring berkembangnya teknologi, tantangan untuk menghadapi propaganda semakin besar. Media sosial mempercepat penyebaran informasi, baik yang valid maupun manipulatif, sehingga masyarakat sering kali kesulitan membedakan fakta dari disinformasi. Hal ini membuat literasi media menjadi semakin penting. Pemahaman tentang sejarah dan mekanisme propaganda dapat membantu individu menjadi lebih kritis terhadap informasi yang mereka konsumsi.  

Dengan menyadari peran propaganda dalam politik, baik dari sisi sejarah maupun tantangan kontemporer, masyarakat dapat lebih bijak dalam menghadapi pengaruhnya. Kesadaran ini menjadi penting untuk menjaga demokrasi tetap sehat dan melindungi integritas nilai-nilai kemanusiaan dari ancaman manipulasi informasi yang merusak. Propaganda, meskipun efektif, tetaplah alat yang membutuhkan pengawasan agar digunakan secara bertanggung jawab.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun