Di sebuah ruang praktik  yang terletak di Man 2 Kulon Progo, suara dengung solder, klik tombol, dan aliran listrik menjadi bagian dari keseharian para siswa Man 2 Kulon Progo, madrasah yang lebih akrab disebut MANDAKU. Di sinilah kisah inspiratif Muhammad Fauzan Amana bermula.
Fauzan bukan siswa biasa. Ia adalah satu dari sedikit siswa yang mampu menyulap komponen elektronik menjadi robot pintar. Bersama rekannya, Nur Wakhid Dino Setiawan, Fauzan berhasil meraih Juara 2 dalam Kompetisi Robotik Madrasah 2018 yang diselenggarakan di Depok Town Square, Jawa Barat, pada tanggal 2 hingga 3 November 2018. Ajang bergengsi yang dihelat oleh Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama RI ini telah memasuki tahun keempatnya, dan Fauzan sukses mencuri perhatian dari 20 madrasah pilihan se-Indonesia.
Namun seperti banyak kisah sukses lainnya, kemenangan ini bukan dicapai dalam semalam. Di balik medali dan senyum bangga yang tertangkap kamera, terdapat kerja keras, dedikasi, dan proses panjang yang tak terlihat.
Fauzan dan Dino merupakan bagian dari program keterampilan unggulan yang dimiliki MANDAKU, yaitu Teknik Elektronika Audio Video. Program ini menjadi ciri khas madrasah ini sebagai madrasah plus keterampilan yang tidak hanya fokus pada ilmu keagamaan dan akademik, tetapi juga menyiapkan siswa dengan bekal keterampilan hidup yang relevan dengan perkembangan zaman.
"Saya suka bongkar-bongkar barang elektronik sejak kecil," ungkap Fauzan. "Awalnya karena penasaran. Tapi lama-lama jadi senang. Rasanya puas kalau bisa bikin alat nyala lagi atau bikin alat sendiri."
Fauzan bukan satu-satunya yang punya semangat seperti itu. Di MANDAKU, semangat belajar seperti ini justru tumbuh subur. Terlebih, madrasah ini menjadi salah satu madrasah binaan Prodistik ITS (Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya). Melalui program ini, para siswa mendapatkan pelatihan dan bimbingan langsung dari kampus teknologi ternama di Indonesia.
Tak berhenti di situ, guru-guru elektronika MANDAKU juga memegang peran penting dalam mendampingi siswa. Menjelang kompetisi, mereka rela menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah. Kadang, pulang lebih larut karena menemani siswanya menyempurnakan program, memperbaiki rangkaian, atau sekadar menyemangati ketika eksperimen gagal.
Anita Isdarmini, S.Pd., M.Hum., salah satu guru yang mendampingi langsung ke lokasi lomba, menjelaskan bahwa kompetisi robotik bukan hanya ajang bergengsi, tapi juga sebagai sarana penyaluran minat dan bakat siswa di bidang teknologi. "Kami seleksi dulu siswa-siswa yang punya minat kuat, lalu dibina secara intensif. Dan ini sudah jadi kali kedua MANDAKU ikut lomba robotik nasional," jelasnya.
MANDAKU memang punya visi besar. Sebagai madrasah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama, mereka ingin menjawab tantangan zaman, termasuk revolusi industri 4.0. Dalam dunia yang semakin digerakkan oleh teknologi, lulusan madrasah pun dituntut untuk tak hanya cakap dalam nilai-nilai spiritual, tetapi juga tangguh dalam kompetensi teknis.