Mohon tunggu...
Reza Ahmad Wildan
Reza Ahmad Wildan Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

email: ahmad.rezawildan@gmail.com Instagram: rezaahmadwildan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hamba Amatiran, Krisis Logika

19 Juni 2020   10:23 Diperbarui: 20 Juni 2020   11:30 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi, sekali sayangnya, kita sendiri tidak tahu dan tidak paham apa definisi kata tersebut dan kepada siapa kata tersebut layak ditunjukan. Dan sekalipun mampu menjawab definisi tersebut, barangkali kita juga menjawab seenaknya, tanpa harus repot-repot melalui proses berpikir panjang.

Keempat, yaitu munculnya gerakan simpatisan-simpatisan khilafah dan anti-demokrasi. Di saat negara-negara lain mengadopsi sistem demokrasi, justru kita malah ribut mengharamkan demokrasi. Padahal kalau ditanya apa itu demokrasi, dan mengapa ia bisa sesat? Lagi-lagi kita hanya bisa menyuguhkan jawaban seenaknya, tanpa peduli dengan kaidah-kaidah berpikir yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya, ujung dari problematika tersebut adalah menuduh bahwa demokrasi adalah sesat, alih-alih sakit hati karena banyak pejabat yang khianat, dan ditambah lagi istana menaikan harga listrik, BPJS, kebutuhan pokok, dan BBM yang tidak turun-turun.

Padahal kalau ditanya, ke mana tauhid mereka yang selama ini mereka kampanyekan di bendera dan atribut mereka lainnya? Kenapa bisa sakit hati? Kenapa takut harga harga listrik, BPJS, kebutuhan pokok, dan BBM naik? Kenapa masih takut menjalani hidup karena tidak bisa makan? Bukankah sudah Tuhan atur jalan hidup setiap manusia? Ke mana tauhidnya yang ada di bendera?

Dan singkatnya, hal tersebut merupakan perilaku melecehkan Tuhan, pesimisme, ingkar dan tidak berkomitmen, tidak teguh kepada tauhid 'tiada Tuhan selain Allah' yang menggantung di bendera dan atribut-atribut mereka.  Gus Dur mengatakan, "seorang muslim yang baik dan memiliki iman yang kuat berarti telah terbebas dari ketakutan-ketakutan. Takut yang berasal dari kecurigaan yang bisa melahirkan kebencian dan permusuhan" (baca: The Wisdom of Gus Dur: Butir-Butir Kearifan Sang Waskita). Sedangkan Cak Nur menyebutnya "sikap keagamaan tanpa kepasrahan kepada Tuhan adalah tidak sejati" (baca: Banyak Jalan Menuju Tuhan).

Tetapi pada akhirnya, kita kembali kepada etika berpikir. Meskipun Islam menekankan pentingnya menggunakan daya akal, yaitu berpikir, namun akal dalam teori dan praktiknya harus dibentengi sehingga tidak dikendalikan nafsu/syahwat. Quraish Shihab menegaskan bahwa " Alquran berulang kali memerintahkan agar manusia berpikir dan meneliti tetang alam raya dan fenomenanya, dan tentang diri manusia dan masyarakatnya" (baca: Islam yang Saya Pahami).

Pustaka:

Kenyowati, Embun. 2004. Sebuah Kitab Suci Etika. Diterjemahkan dari Aristoteles. 1998. The Nicomachean Ethics. Bandung: Mizan Media Utama.

Fatoni, M. Sulton dan Wijdan Fr. 2014. The Wisdom of Gus Dur: Butir-Butir Kearifan Sang Waskita. Depok: Imania.

Rahman, Budhy Munawar dan Elza Peldi Taher. @fileCaknur: Banyak Jalan Menuju Tuhan. Depok: Imania.

Nuruddin, Muhammad. 2019. Ilmu Mantik: Panduan Mudah dan Lengkap untuk Memahami Kaidah Berpikir. Depok: Keira Publishing.

Shihab, M. Quraish. 2019. Islam yang Saya Pahami: Keragaman itu Rahmat. Jakarta: Lentera Hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun