Mohon tunggu...
Reza Adityas
Reza Adityas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Saya dilahirkan di Bandung dan dibesarkan di Pemalang. Sekarang saya sebagai guru di salah satu SMP negeri di wilayah kabupaten Pemalang. Hobi saya bermain musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Peserta Didik dengan Problem Based Learning (PBL)

3 Desember 2022   11:34 Diperbarui: 3 Desember 2022   11:59 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurang lebih sudah satu tahun pembelajaran tatap muka (PTM) 100% di sekolah-sekolah mulai diadakan kembali. Para peserta didik berangkat dan pulang seperti sedia kala. Suasana di jalanan pun sudah mulai dapat ditebak. Pada pagi hari pukul 06.15 - 07.00 WIB dan pada siang hari pukul 14.00 - 16.00 WIB kondisi jalan pasti akan ramai dengan hiru pikuk kegiatan masyarakat, baik dari orang tua peserta didik yang antar jemput, maupun peserta didiknya sendiri. Namun , Pembelajaran Tatap Muka (PTM) tidak serta merta berjalan dengan lancar. 

Salah satu permasalahannya adalah pada motivasi belajar peserta didik. Penyebabnya yaitu peserta didik memgalami loss learning selama kurang lebih 2 tahun. Menurut the glossary of education reform, loss learning adalah sebuah kondisi hilangnya sebagian kecil atau sebagian besar pengetahuan dan keterampilan dalam perkembangan akademis yang biasanya diakibatkan oleh terhentinya atau terganggunya proses pembelajaran dalam dunia pendidikan.

Risiko yang ditimbulkan dari loss learning diantaranya pertama adanya gangguan tumbuh kembang anak Hal ini dapat dipicu oleh kesenjangan kualitas dan akses pembelajaran online sehingga anak-anak dengan kondisi sosial ekonomi berbeda dapat memiliki capaian pendidikan yang berbeda. Akibat lanjutannya, tingkat partisipasi menurun sehingga proses tumbuh kembang anak terganggu baik pada aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. 

Kedua adanya tekanan psikologis dan sosial rasa jenuh dan tekanan pembelajaran online, ditambah dengan minimnya interaksi dengan guru, teman, dan lingkungan sekitar dapat menyebabkan siswa stres. Orang tua, kondisi dan lingkungan yang tidak bijak serta tidak kondusif dalam proses anak belajar di rumah dapat memicu timbulnya tekanan psikologis bagi siswa itu sendiri. Tekanan psikologis dapat muncul karena pemahaman dan pengetahuan orang tua ataupun lingkungan sekitar tentang proses belajar minim.

Menurut Arifin (2010:31), pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan siswa, sumber belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar siswa. Maka dari itu, untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang diakibatkan dari loss learning salah satunya dengan menerapkan pembelajaran yg inovatif dan variatif. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Selain dapat meningkatkan motivasi belajar, juga dapat menstimulus peserta didik untk berani berbicara dalam menyampaikan gagasan-gagasan atau ide-idenya saat memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran.

Menurut Barrett (2011: 4) Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang dihasilkan dari suatu proses pemecahan masalah yang disajikan di awal proses pembelajaran. Siswa belajar dari masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, mengorganisasi, merencana, serta memutuskan apa yang dipelajari dalam kelompok kecil. Kemudian Menurut Tarigan, (2008: 16) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Salah satu contoh penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi teks prosedur di kelas 7 tingkat SMP. Pada langkah pertama yaitu orientasi masalah, peserta didik dibagi menjadi 5-8 kelompok. Kemudian setiap kelompok diberi 1 teks prosedur yang masih salah dalam penulisan kata maupun strukturnya. Langkah kedua, mengorganisasi kegiatan menyunting teks yang masih salah. Dalam langkah ini, peserta didik diarahkan cara menyunting teks yang benar. Selanjutnya, langkah ketiga guru membimbing setiap kelompok untuk menyunting teks dengan benar. Langkah keempat, peserta didik mempresentasikan hasil menyunting teks. Dalam langkah ini, setiap kelompok presentasi menyampaikan gagasannya dalam menyunting teks secara lisan dan bergantian. Dan langkah terakhir yaitu guru menyimpulkan. Dalam langkah terakhir ini, guru memberi penjelasan hasil menyunting yang benar.

Dengan proses pembelajaran tersebut, memberikan manfaat kepada peserta didik untuk berpikir kritis dalam menyunting teks yang salah dan menyampaikannya secara lisan serta memperbaiki kesalahan pada teks tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun