Sebenarnya, isu krisis iklim telah lama menjadi sorotan oleh para ilmuwan sehingga menghasilkan Protokol Kyoto pada tahun 1997 untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Kemudian pada tahun 2015, mengadopsi dari Protokol Kyoto, telah disepakati Paris Agreement oleh hampir 195 negara di dunia, termasuk Indonesia. Paris Agreement merupakan perjanjian terikat sebagai bentuk komitmen untuk mengatasi kenaikan suhu global.
Melalui perjanjian yang mengikat ini, negara-negara di dunia telah sepakat untuk mementingkan serta memperhatikan keseimbangan antara keuntungan dengan kelestarian lingkungan.
Green financing atau investasi hijau telah menjadi tren di pasar global selama lima tahun terakhir. Besar kemungkinan karena efek dari komitmen pada perjanjian Paris Agreement.
Di Indonesia, green financing didefinisikan sebagai bentuk dukungan menyeluruh dari industri jasa keuangan untuk pertumbuhan berkelanjutan yang dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Dilansir dari laman pers Bank Indonesia (BI) pada 25 Oktober 2021, memuat dukungan BI dalam upaya meningkatkan investasi hijau dengan mengembangkan instrumen pasar keuangan hijau. Hal ini serasi dengan topik prioritas dalam finance track, yaitu sustainable finance.Â
Sustainable finance merupakan dukungan pembiayaan untuk mendorong ekonomi yang rendah karbon dan keuangan yang berkelanjutan dari sudut pandang makroekonomi dan stabilitas keuangan. Pembiayaan ini bertujuan agar dapat mengembangkan sumber-sumber pembiayaan yang dapat mendukung upaya dunia dalam mengatasi krisis iklim.
Mari kita lihat keterkaitan ini lebih jauh, melalui instrumen keuangan pasar hijau yang ekuivalen dengan isu prioritas akan menjadi kesempatan emas untuk mengembangkan sumber pembiayaan pada Program Lanskap Berkelanjutan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Mengapa Lanskap Berkelanjutan? Seperti penjelasan sebelumnya, karena Indonesia memiliki potensi besar dalam dunia lanskap. Mulai dari luas areal tanah, kesuburan tanah, dan kondisi iklim yang tropis.
Selain itu, Lanskap Berkelanjutan merupakan pembangunan ekosistem yang menitikberatkan pada keterpaduan ekosistem dalam mencapai ketahanan pangan, air, dan energi.
Lanskap Berkelanjutan dapat menekan emisi karbon karena memprioritaskan regulasi alam, yaitu ekosistem terpadu sebagai penyedia jasa yang sehat dan produktif. Selain itu, keberhasilan ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan adil, ketahanan sosial, ekonomi dan lingkungan, dan juga mengurangi emisi GRK.
Berlangsungnya Presidensi G20 di Indonesia akan menjadi batu loncatan untuk memperkenalkan dan mengembangkan program Lanskap Berkelanjutan melalui forum internasional. Dengan ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi sentral dunia dalam program lanskap dan menjadikan program tersebut sebagai program unggulan dalam fokus prioritas transisi energi.