Mohon tunggu...
Reza Hermawanyadi
Reza Hermawanyadi Mohon Tunggu... Programmer - Penggiat teknologi yang gemar bersepeda
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di jaman perubahan analog ke digital, Reza tertarik terhadap perkembangan teknologi di usia muda, yang berlanjut saat kuliah dan bekerja meniti karir di bidang teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Hati-hati, Kebotakan Bisa Menghambat Karir

30 Desember 2020   13:56 Diperbarui: 30 Desember 2020   14:04 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mau kasih credit tapi gambar ini udah lama banget di hape.| sumber: dreamstime.com

Siapa saja pasti ingin karier yang mapan. Saya juga sama, tapi, terkadang gusar karena tahu persis kebotakan itu bisa menghambat perkembangan karier.

Ini bukan omong kosong. Persepsi publik terhadap orang botak itu memang cenderung negatif. Riset The Johns Hopkins University yang saya baca bisa menjadi contohnya. 

Mereka melakukan eksperimen dengan membandingkan orang yang sama dengan rekayasa tampilan kondisi berbeda. Di satu sisi ditampilkan dengan rambut yang tebal. Tapi, di pihak lainnya, orang itu tampil dengan kepala botak.

Apa hasilnya? Ternyata mereka yang rambut botak dipersepsikan kurang menarik, enggak sukses, sampai lebih sulit didekati. Padahal, orangnya kan sebenarnya sama.

Iya sih, harus diakui, kesan pertama bertemu orang botak memang kurang menarik. Ini yang ternyata jadi kunci terhadap kemajuan karier. Karena terlihat enggak spesial, pria botak sering dinomorduakan.

Kasus di Korea Selatan (Korsel) pada 2018 contoh nyata. Saat itu, Komisi Hak Asasi Manusia Nasional Korsel sampai mendesak perusahaan di sana agar tidak mendiskriminasi karyawan yang botak. 

Desakan itu muncul karena ada kasus di sebuah perusahaan yang meminta pelamar pekerjaan untuk memakai wig jika ingin diwawancara. Gila banget, sampai segitunya.

Maka, saya yang potensial botak ini cukup gusar melihat kondisi tersebut. Belum lagi harus menghadapi beban mental sendiri. Kita jadi gak pede sama diri sendiri. Minder karena rambut yang rontok.

Lambat laun, hal ini pasti berdampak sama karier kita. Bagaimana kita bisa maju kalau enggak percaya diri? Sederhana saja. Misalnya ketika presentasi. Kita wajib tampil sebaik mungkin dengan persiapan matang dan kepercayaan diri yang tinggi. Jika enggak, maka dijamin, presentasinya bakal hancur.

MENCARI SOLUSI

Nah, agar tidak mengalami kondisi seperti itu,  saya mencoba menerima kondisi dulu. Tapi, bukannya pasrah doang. Saya harus mendapatkan solusinya.

Saya akhirnya memilih layanan Sozomen. Ini solusi kebotakan dini yang terpercaya. Soalnya semua berbasis medis. Sebelum menjalankan perawatan, Anda bisa konsultasi online dengan dokter secara gratis. Dari situ cara perawatan yang pas bisa dihasilkan.

Sejauh ini saya membuktikannya. Saya diresepkan serum penumbuh rambut dan kapsul anti kerontokan rambut dari Sozomen. Syukurlah, hasilnya mulai kelihatan. Rambut pelan-pelan mulai tumbuh. Lalu kerontokan berkurang.

Saya yakin nanti rambut akan balik lagi. Jadi, enggak perlu khawatir sama kebotakan lagi. Kerja jadi tenang dan siap tampil percaya diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun