Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beda Negara, Beda "Siapa yang Bayar"

25 Oktober 2021   09:06 Diperbarui: 25 Oktober 2021   09:23 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tagihan. Photo by Trendhunter

Berbicara soal "siapa yang bayar" tagihannya baik kencan pertama alias first date ataupun kumpul-kumpul sama teman-teman emang tidak ada habisnya. Setiap menginjakkan kaki ke restoran, cafe atau tempat makan, satu pertanyaan yang selalu menggerayangi dalam pikiran ketika diajak makan adalah "siapa yang bayar?" kalau lagi makan sama teman, siapa sih yang bayar makanannya? Kamu sendiri atau temanmu? Kalau lagi sama pacar, yang bayar kencannya siapa? Si cowok atau si cewek?

Artikel ini saya buat sebagai lanjutan dari artikel yang kemarin soal Split Bill nih kawan-kawan. Nyatanya bagi sebagian orang Indonesia, split bill masih menjadi budaya yang terbilang wajar dan lumrah kok. 

Apalagi bicara soal uang emang juara deh bikin bulu kuduknya langsung merinding. Topik soal split bill ini terbilang topik yang sensitif sekali, apalagi orang yang baru pertama kali kencan bahkan kumpul-kumpul makan bareng.

Sebenarnya terkait siapa yang berkewajiban buat bayar tagihan makanannya masih jadi kasak-kusuk dan perdebatan di sana-sini. Setiap orang tentunya memiliki beberapa sudut pandang dan persepsi masing-masing terkait siapa yang bayar. 

Yang paling penting ya cuma satu, ada uang hatipun senang bisa makan enak pulang dengan kenyang deh. Bahagia banget apalagi anak kosan kalau hobinya suka ditraktir sama temennya yang duitnya tebel behhh mantap.

Tapi, siapa menyangka jika di beberapa negara memiliki aturan dan tata krama tersendiri soal bayar-membayar ini. Bisa dibilang mereka memiliki cara yang sopan untuk menetapkan subjek siapa yang membayar tagihannya. 

Ada yang suka membagi tagihannya sama rata atau dibagi rata gitu istilahnya, meskipun memang ada yang pesan makanannya budgetnya sedikit tapi tetep aja dibagi rata. 

Ada yang split bill alias bayar pisah sesuai pesanannya yang tentunya menjadi cara paling aman dari adu mulut daripada diomongin sana-sini. Bahkan ada yang unik, anggota yang paling tua harus membayar semua tagihannya tanpa terkecuali berapapun jumlah orangnya yang datang buat makan.

Di beberapa negara, persoalan split bill atau bayar terpisah ini memiliki sebutan lain. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebuah ungkapan Dutch Pay. Artinya adalah setiap orang membayar tagihannya sendiri-sendiri sesuai dengan pesanannya. 

Konon katanya ungkapan ini muncul karena kebiasaan warga Belanda saat melakukan kegiatan makan bersama. Kebiasaan yang sudah membudaya ini awalnya dibawa oleh para imigran Belanda yaitu High Dutch. 

High Dutch merupakan istilah bagi para imigran Belanda yang tinggal di Jerman. Kemudian para imigran Belanda ini berpindah ke negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat pada abad ke-17. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun