Mohon tunggu...
Reyvaldo Frdadhita Hetaria
Reyvaldo Frdadhita Hetaria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Program Televisi Indonesia, Semakin Baik atau Memburuk?

22 Juni 2021   21:10 Diperbarui: 22 Juni 2021   21:13 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tiga dekade industri penyiaran di Indonesia semakin berkembang terlebih pada penyiaran di televisi. Menurut Undang-Undang RI No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, mendinisikan penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan

Munculnya stasiun-stasiun televisi swasta tersebut hadir memberikan warna yang baru dalam dunia penyiaran di Indonesia, yang awalnya hanya terdapat satu stasiun televisi milik pemerintah. Kemudian muncul berbagai stasiun televisi swasta yang saling berlomba untuk mendapatkan hati masyarakat. Upaya para stasiun telivisi untuk mendapatkan hati masyarakat dilakukan dengan menciptkan berbagai progam televisi yang menarik dan bermanfaat, mulai dari sinetron, variety show, program berita, program agama, kuliner, jalan-jalan, kartun dan lain sebagainya. Penayangan program-program tersebut di televisi tentunya sudah melalui proses yang panjang, karena melibatkan banyak pihak mulai dari pengagas ide suatu program, produser, pembuat naskah, program director, staf ,sutradara dan lainnya. Sehingga semestinya output acara atau program yang ditayangkan di televisi seharusnya sudah memiliki kualitas dan isi yang berguna, menghibur dan bermanfaat bagi penonton nantinya.

Kekualitasan yang bagus pada suatu progam televisi dirasa terjadi pada 1 dakade ke belakang, atau antara tahun 2000-2010. Pada tahun-tahun tersebut program televisi sangat beraneka ragam dan mendidik serta berbobot. Pada tahun-tahun tersebut banyak sekali program yang sangat ramah bagi anak-anak dan remaja misalnya kartun, program jelajah anak, dan lainnya. 

Program-program tersebut tentunya merupakan kawan yang menemani anak-anak kelahiran 2000-2005. Hal tersebut juga dirasakan oleh penulis, program pada satu dekade yang lalu seakan mejadi kawan yang menemani hari-hari penulis. Hal tersebut karena program yang ditayangkan sangat bermanfaat bagi anak-anak diusia pertumuhan menuju remaja. Tetapi sekarang hal tersebut merupakan suatu kenangan yang tidak dapat terulang karena stasiun televisi yang dulu menayangkan program yang menjadi kawan masa kecil sekarang sudah tidak menayangkan kembali program-program televisi yang mendidik.

Hilangnya program-program televisi berkualitas salah satunya disebabkan oleh menurunkan tingkat pengaksesan televisi oleh masyarakat pada 10 tahun ke belakang. Hal tersebut dikarenakan masyarakat pada masa sekarang lebih sering menggunakan platform Youtube. Menurut Wikipedia, YouTube merupakan sebuah situs web yang dirancang untuk berbagi video, Youtube mulai popular di Indonesia sekitar 8 tahun yang lalu dan sekarang menjadi lebih popular. Bukti kepopuleran Yotube ditandai dengan semakin banyaknya para youtuber yang ada, baik dari kalangan artis maupun non artis. Youtube sekarang menjadi platform hiburan bagi masyarakat, karena kemudahannya diakses. Para anak muda sampai dewasa kebanyakan lebih menyukai platform Youtube dibandingkan televisi. Sehingga tentunya tingkat kepopuleran televisi sudah tidak seperti 10 tahun yang lalu. Meskipun begitu masih banyak pula masyarakat yang menyukai televisi, terlebih para ibu-ibu yang berusia 40 ke atas. Biasanya ibu-ibu tersebut menyukai sinetron dan program infotainment.

Untuk menarik perhatian para penonton yang merupakan ibu-ibu atau wanita dewasa, kebanyakan program televisi mengadopsi acara-acara yang digemari para ibu-ibu tersebut. Contohnya saya sinetron atau sinema elektronik yang mengangakat kisa rumah tangga atau keluarga. Seperti pada baru-baru ini, munculnya sinetron tentang kehidupan rumah tangga pada salah satu stasiun televisi, menjadi tren tersendiri di industri penyiaran televisi di Indonesia. Kesuksesan besar sinetron tersebut membuat stasiun televisi lain ingin membuat sinetron dengan topik yang sama yaitu tentang kehidupan rumah tangga seseorang. 

Benar saja, setelah kesuksesan sinetron pemrakarsa tersebut, muncul beberapa sintron dengan isi yang sama yaitu tentang kehidupan rumah tangga dua pasturi yang menikah karena terpaksa. Tiga stasiun televisi yang menayangkan sinetron dengan isi yang sama tapi ditayangkan dengan konsep yang berbeda tersebut seakan saling berlomba untuk menarik minat penonton.

Perlombaan untuk menarik minat penonton dan mendapat rating yang tinggi tersebut membuat adanya adegan-adegan yang penuh dengan kontroversi. Kontroversi tersebut misalnya berupa adanya adegan pada suatu sinetron yang memperlihatkan sesuatu yang tidak semestinya misalnya adegan yang mengandung unsur pornografi, kekerasan dan lainnya.

Sinetron yang baru-baru ini mendapatkan kecaman karena kontoversinya adalah sinetron garapan salah satu televisi swasta yang menceritakan tentang seorang suami yang menikahi paksa seorang gadis remaja yang baru lulus SMA, padahal laki-laki tersebut sudah memiliki dua orang istri. Mayarakat memprotes karena pemain gadis remaja tersebut adalah seorang anak remaja berusia 15 tahun sedangkan lawan mainnya berusia 39 tahun. Aksi protes tersebut gempar di platform Twitter, sampai menjadi tranding dalam beberapa waktu. 

Menurut beberapa tweet yang ada di Twitter, protes terhadap sinetron tersebut dilakukan karena secara tidak langsung memperlihatkan suatu ganguan seksual yaitu pedofilia. Pedofilia merupakan gangguan seksual berupa adanya gairah seksual terhadap remaja atau anak-anak berusia di bawah 14 tahun. Orang yang mengidap pedofilia disebut pedofil. Pada beberapa adegan, sang pemain gadis remaja tersebut beradu akting di ranjang dengan lawannya yang seusia ayahnya tersebut. Adegan tersebut membahas tentang hubungan suami istri yang akan dilakukan dua pasturi tersebut.

Sontak hal tersebut menjadi suatu pro kontra di tengah masyarakat, beberapa public figure menanggapi hal tersebut. Ada yang pro, karena menurutnya dalam seni peran usia dan gender tidak menjadi suatu permasalahan saat memainkan suatu peran, karena semua pemain peran atau artis harus profesional dan bisa memainkan segala peran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun