Mohon tunggu...
Reysabel Ruviana
Reysabel Ruviana Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Jurnalisme dalam 3 Masa

25 September 2018   01:18 Diperbarui: 25 September 2018   02:27 1476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia jurnalisme selalu berkembang. Jurnalisme masa lalu berkembang menjadi jurnalisme masa kini. Nantinya, jurnalisme masa kini akan berkembang menjadi jurnalisme masa depan.

Pada rangkuman yang ditulis oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), jurnalisme atau jurnalistik adalah segala kegiatan, menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah atau media berkala lain. PWI menanggapi era modern ini dengan memperbarui definisi tersebut. Jurnalisme pada era modern adalah kegiatan menyampaikan pesan kepada khalayak melalui media cetak maupun elektronik (radio, televisi, dan film).

Perubahan definisi tersebut menandakan adanya perkembangan dalam dunia jurnalisme. Menurut Rachel Tan dkk, jurnalisme dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan.

1. Masa Lalu

Khalayak di masa lalu mengkonsumsi produk jurnalisme secara mentah-mentah. Khalayak menerima pesan media tanpa menyaring dan melakukan pengecekan kebenaran informasi tersebut. Hal ini membuat khalayak mudah terpengaruhi oleh propaganada yang dilakukan pemerintah atau media itu sendiri.

Fenomena tersebut termasuk dalam teori jarum suntik (hypodermic needle theory). Teori ini membahas khalayak yang langsung menerima pesan media karena adanya desakkan dan emosi.

Kegiatan jurnalisme di masa lalu melibatkan banyak tenaga kerja. Masing-masing individu dan tim memiliki tugas dan agenda masing-masing. Utnuk menyajikan berita ke hadapan khalayak, proses yang dilalui cukup panjang. Berita tersebut disebarkan melalui majalah, surat kabar, radio, dan televisi.

Terdapat dua bentuk dalam jurnalisme masa lalu. Bentuk-bentuk tersebut adalah jurnalisme investigasi (investigative journalism) dan jurnalisme kuning (yellow journalism).

Jurnalisme Investigasi: jurnalisme investigasi adalah bentuk jurnalisme yang dilakukan wartawan yang menyelidiki suatu kasus yang merugikan khalayak. Jurnalisme investigasi memerlukan waktu yang lama untuk mengusut suatu kasus. Kasus yang diinvestigasi biasanya berbau skandal, dan korupsi yang dilakukan politisi. Pelaku investigasi biasa berperan sebagai watchdog yang artinya mengawasi dan mencium kejanggalan yang ada dalam kasus yang sedang diselidiki.

Jurnalisme Kuning: menurut Biagi, jurnalisme kuning memiliki teknik yang khas, yaitu melebih-lebihkan suatu peristiwa, menjual skandal atau peristiwa sensasional. Jurnalisme ini juga bisa disebut tabloid journalism.

2. Masa Kini

Pada masa kini, khalayak sudah tidak pasif lagi. Teori jarum suntik mulai tidak berlaku. Khalayak bukan menjadi penonton saja. Khalayak juga dapat berperan sebagai watchdog dan memproduksi berita.

Berita dapat didistribusikan melalui internet dan dapat bersifat multimedia. Berita bersifat multimedia berarti berita yang mengandung dua unsur dari audio, visual, dan teks. Multimedia memungkinkan khalayak mampu menavigasi suatu berita. Kolom komentar pada web berita tersebut memungkinkan khalayak dapat saling berinteraksi dan berbagi opini.

Muncul empat bentuk jurnalisme di masa kini. Bentuk tersebut adalah jurnalisme opini (opinion journalism), jurnalisme kolaboratif (collaborative journalism), jurnalisme sindikat (syndicate journalism), jurnalisme lapdog (lapdog journalism).

Jurnalisme Opini: produk jurnalisme opini bersifat subjektif. Bentuk jurnalisme ini mengesampingkan fakta dan riset. Jurnalis opini mengandalkan perspektif dan bersifat personal. Produk jurnalisme opini biasa diletakkan dalam rubrik opini.

Jurnalisme Kolaboratif: jurnalisme kolaboratif melibatkan sejumlah wartawan atau perusahaan media yang berbeda untuk meliput berita yang sama. Mereka saling memberikan kontribusi dalam peliputan berita tersebut.

Jurnalisme Sindikat: jurnalisme sindikat merupakan kegiatan agensi yang memproduksi berita dan menjualnya ke media berita untuk dipublikasikan. Contoh jurnalisme sindikat adalah kantor berita ANTARA.

Jurnalisme Lapdog: jurnalisme lapdog merupakan antonim dari jurnalisme watchdog. Jurnalisme lapdog cenderung tidak mengkritisi dan berpihak pada pemerintah.

3. Masa Depan

Masa depan jurnalisme tentu saja belum terjadi. Masa depan jurnalisme hanya bisa diprediksi berdasarkan data-data yang ada di masa kini.

Di masa depan, pentingnya berita tidak ditentukan oleh kantor berita, namun oleh khalayak. Hal ini mengakibatkan akurasi berita tergeser oleh kecepatan distribusi berita.

News aggregator akan muncul di internet. News aggregator adalah suatu portal yang berisi berita-berita dari berbagai sumber dan dibagi menjadi berbagai kategori (gaya hidup, politik, olahraga, dsb). News aggregator diciptakan dalam rangka menanggapi khalayak yang ingin mengkses berita tertentu dengan mudah, cepat, dan murah. News aggregator yang sudah ada anatara lain LINE TODAY dan BacaBerita.

Terdapat dua bentuk jurnalisme di masa depan. Bentuk jurnalisme masa depan ialah curative journalism, dan hyper-local journalism.

Curative Journalism: jurnalisme ini mengumpulkan berita-berita dari berbagai sumber kredibel dan mengolahnya. Hasil olahan berupa berita yang merangkum data-data yang faktual dari berbagai sumber tersebut. Curative journalism akan muncul karena adanya informasi yang beredar di media sosial dan kemudahan yang disaranai oleh teknologi.

Hyper-local Journalism: media hyper-local journalism memproduksi berita mengenai peristiwa yang ada di suatu area tertentu. Contohnya, munculnya radio komunitas yang memberitakan kondisi Gunung Merapi beserta daerah sekitarnya.

Jurnalisme dari selalu berkembang dari masa ke masa. Perkembangan tersebut dapat diidentifikasi dari bentuk jurnalisme yang muncul di setiap masanya serta kontribusi khalayak di dunia jurnalisme. Perkembangan teknologi amat berperan dalam perkembangan jurnalisme. Kemunculan internet, teknologi penyiaran dan percetakan mempermudah produksi, distribusi, dan konsumsi berita. Namun di lain sisi, teknologi tersebut juga mengancam media tradisional terutama surat kabar.

Biagi, Shirley. (2011). Media Impact: An Introduction to Mass Media. Belmont : Thomson Wadsworth. (hal. 56)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun