Mohon tunggu...
Reynold Hasibuan
Reynold Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang Tenaga Pengajar

Pendiam, suka tantangan dan traveling...\r\n\r\nFollow me here :\r\nhttp://www.akuadablog.co.cc/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menilai Koalisi Capres – Cawapres Indonesia

22 Mei 2014   23:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:13 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14007523931987098679

[caption id="attachment_325079" align="aligncenter" width="280" caption="Capres - Cawapres 2014"][/caption]

Pemilihan Presiden sudah dekat, bahkan para bakal calon sudah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pemilihan Presiden kali ini aka nada dua pasangan calon yang akan merebut suara rakyat yaitu Pasangan Jokowi – Jususf Kalla dan Pasangan Prabowo – Hatta Rajasa. Kali ini penulis akan member penilaian terhadap koalisi yang dibangun oleh kedua pasangan ini, menggunakan analisis sederhana dari seorang awam akan politik.

Pasangan Jokowi – JK

Pertama kali hasil pemilu legislatif diketahui Capres PDI-P, Jokowi pertama kali mendatangi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) untuk melakukan komunikasi politiknya dan tanpa banyak makan waktu partai Nasdem langsung bergabung dengan kerjasama politik yang dibangun oleh PDI-P melalui Jokowi ini, hal ini secara logika sederhana sangat masuk akal mengapa partai nasdem ikut bergabung dengan PDI-P dalam mengusung Jokowi sebagai Capres karena berdasarkan yang terlihat selama ini kedua partai ini memang sangat nasionalis dan mempunyai visi perubahan Indonesia menuju ke kedaulatannya. Kemudian ada komunikasi politik dengan Golkar, yang jika kita nilai sangat logis jika mengajak Golkar bekerjasama karena bentuk partai yang juga nasionalis dan juga merupakan kekuatan kedua yang memenangi pileg meskipun dari banyak komunikasi yang terjadi pada akhirnya Golkar mendukung calon yang lain. Selanjutnya partai yang bergabung adalah PKB yang kita kenal sebagai partainya NU yang juga berjiwa nasionalis. Dan terakhir bergabung adalah Partai Hanura dan PKPI. Tawaran pertama yang diberikan Jokowi dalam koalisinya adalah bentuk kerjasama tanpa pamrih kepada semua partai yang ingin bergabung, namun hasilnya adalah hanya beberapa partai yang ikut bergabung yaitu Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI dan dari partai yang bergabung ini hanya Partai PKB yang sebelumnya adalah partai yang ada dalam pemerintahan, yang mana kita tau beberapa kader PKB ini di DPR ada yang kritis terhadap pemerintahan yang sekarang. Dari hasil kombinasi gabungan partai ini dapat kita simpulkan bahwa kerjasama politik antar partai yang dibangun dalam memenangkan Jokowi-JK ini memang kerjasama yang tidak dipenuhi ambisi yang berlebihan.

Pasangan Prabowo – Hatta Rajasa

Jika kita melihat komunikasi politik yang dibangun oleh Prabowo bersama partainya Gerindra (melalui media) sangat gencar dan melalui hari yang panjang, mulai dari pileg pun sudah mulai membangun komunikasi kepada PPP yang akhirnya memunculkan kisruh di internal partai PPP sendiri meskipun pada akhirnya kisruh tersebut terselesaikan dengan baik dan kembali mendukung Prabowo sebagai capres. Dan yang lebih anehnya lagi adalah komunikasi yang dibangun dengan istana yang mana selama ini dikritik oleh partai gerindra melalui iklan-iklan politiknya yang mengatakan bahwa pemerintahan saat ini tidak mampu membawa kedaulatan ekonomi bangsa. Apa yang dihasilkan dari komunikasi politik ini??, Hatta Rajasa sebagai Menko Perekonomian di pemerintahan saat ini (yang juga besan dari presiden saat ini , SBY) akhirnya mengundurkan diri (dan proses pengunduran dirinya langsung ditemani oleh Prabowo) dan menjadi calon wakil presidennya Prabowo. Bukan tanpa alasan Prabowo harus meminta ijin dulu kepada SBY untuk menjadikan Hatta Rajasa sebagai cawapresnya, karena terbukti pada pendeklarasian mereka sebagai Capres dan Cawapres, Prabowo mengatakan akan melanjutkan kinerja pemerintahan yang saat ini, yang mana kinerja pemerintahan saat ini dikritik oleh Prabowo sebagai pemerintahan yang tidak menghasilkan kedaulatan Negara, pemerintahan yang lemah dan sebagainya, dan inilah akhirnya yang akan dilanjutkan.

Hal ini terlihat lagi ketika secara berurutan partai-partai penguasa pemerintahan saat ini kemudian member dukungannya yaitu PKS, PPP, PAN, GOLKAR dan PBB, bahkan partai pendukung lain akhirnya tidak jadi menjadikan kadernya sebagai pendamping Prabowo (karena mungkin ada pengaruh besan SBY nya) yang pada awalnya partai-partai lain ini getol menawarkan kadernya untuk dijadikan cawapres. Bahkan yang lebih aneh lagi Golkar sebagai partai pemenang kedua pada pileg rela cawapresnya Prabowo dari partai PAN. Tidaklah berlebihan jika kita bertanya-tanya tentang koalisi ini.

Dari kronologis di atas bisa kita simpulkan (dengan analisis yang sederhana) bahwa koalisi ini rentan dengan ambisi, bagaimana tidak partai yang bergabung semuanya adalah partai penguasa pemerintahan saat ini yang mana pemerintahan saat ini sering dikritik oleh Gerindra (Prabowo) sebagai pemerintahan yang lemah, yang tidak mementingkan kepentingan rakyat kecil, pemerintahan yang gagal membentuk kedaulatan bangsa, namun akhirnya dia akan melanjutkan kinerja dari pemerintahan saat ini. Melihat situasi ini akan sulit bagi Demokrat (SBY) secara informal bersikap netral meskipun secara formal partai democrat mengatakan akan netral, karena kepentingannya sudah terwakili melalui politik besannya. Tentu SBY akan memainkan perannya untuk mendukung Prabowo-Hatta melalui penguasaan informasi sebagai pemerintahan yang masih memerintah saat ini. Kita akan lihat jika pasangan ini menang, pembagian jabatan akan sangat terlihat bahkan tawaran untuk Golkar ada menjadi Menteri Utama yang selama ini tidak pernah kita dengar ada di pemerintahan kita. Jabatan yang tidak ada akan dibuat demi memenuhi kebutuhan masing-masing partai pendukung. Koalisi ini kental dengan aroma transaksional untuk kepentingan ambisi golongan masing-masing partai politik pendukung.

Namun meskipun demikian waktu akan menjawabnya dan rakyat akan menentukannya dan kita akan melihat Tuhan masih ada atau tidak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun