Mohon tunggu...
Reyne Raea
Reyne Raea Mohon Tunggu... Penulis - Blogger Influencer Surabaya

Panggil saya Rey, mom blogger di reyneraea.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Pemakaian Popok pada Anak, Berbahayakah?

7 Desember 2012   07:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:03 4687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1354879667678623683

[caption id="attachment_228114" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Ketika usia 3 bulan anak saya, dia akhirnya mengenakannya popok sekali pakai selama 24 jam setiap hari. Hal itu dikarenakan masa cuti melahirkan saya hampir berakhir dan harus kembali bekerja, itu berarti anak saya akan diasuh sementara di rumah eyangnya. saya merasa tidak nyaman jika eyangnya kerepotan harus mengganti bajunya setiap saat atau mengepel lantai karena pipis anak saya, hingga saya memutuskan untuk memakaikannya popok sekali pakai. Sebenarnya saya termasuk orang yang sedikit cemas akan hal - hal "kurang baik" yang saya dengar tentang popok sekali pakai, ada yang mengatakan kulitnya bisa ruam, kalau besar jalannya bisa "ngangkang" sampai anak akan tergantung terus dengan popok karena susah mengontrol BAK dan BABnya yang sebelumnya dilakukan di popoknya. Beruntung anak saya meski kulitnya sedikit sensitif namun dia masih cocok memakai popok merk biasa dengan harga biasa. Hingga setiap harinya saya memakaikannya popok harga standar dan diselingi oleh popok yang lumayan bagus. Hari berganti hari anak saya jadi terbiasa memakai popok hingga usianya menginjak setahun lebih. Masalah mulai mengganggu di saat si kecil mulai belajar berjalan di usia 14 bulan. Banyak orang - orang terdekat saya khawatir anak saya bisa jalan "ngangkang" karena keseringan memakai popok, dan ada juga yang khawatir anak saya akan ketergantungan dengan popok. Namun nyatanya, anak saya dapat berjalan sendiri di usianya yang  ke 17 bulan dan bisa berjalan dan berlari dengan lincah di usia 19 bulan, Alhamdulillah. Meskipun banyak yang mengatakan kalau anak saya telat berjalan, namun sekarang malah di usianya yang ke 2 tahun dia sudah bisa lincah berjalan, berlari, melompat dan tak ada tanda – tanda kaki "mengangkang" atau semacamnya, Alhamdulillah. Dan yang lebih menenangkan lagi, anak saya mulai melepas popoknya atau tidak mau memakai popok lagi semenjak usia 21 bulan. Meskipun pada awalnya dia BAK dan BAB di celananya, namun dengan usaha yang gigih mengajarkan dia tentang BAK dan BAB, akhirnya kini anak saya telah sepenuhnya lepas dari popoknya dan hebatnya dia sudah tidak pernah ngompol di tempat tidur di malam hari seperti anak – anak lainnya. Nah buat para bunda yang mempunyai masalah seputar popok sekali pakai anak, saya ingin berbagi opini berdasarkan pengalaman saya:

  1. Sah - sah saja kita memakaikan popok sekali pakai pada si kecil, asal kenali jenis kulitnya, jika kulitnya menjadi ruam karena popok, segera hentikan pemakaian popok dan cobalah mengganti ke popok merek lain yang cocok untuk kulit si kecil.
  2. Sering – seringlah mengecek popok si kecil, jangan biarkan si kecil memakai popok yang telah penuh air seni apalagi jika si kecil telah BAK.
  3. Anggapan kaki si kecil akan mengangkang jika sering memakai popok dan dapat membuat sikecil terlambat berjalan tidaklah selalu benar, hal tersebut terbukti pada anak saya yang meski lama memakai popok namun tetap dapat berjalan dengan baik, meskipun agak terlambat namun masih dalam batas yang wajar.
  4. Anggapan tentang si kecil akan susah mengontrol BAB atau BAK nya karena sering memakai popok juga tidaklah selalu benar, anak saya membuktikan itu. Dan sekarang anak saya dapat lepas dari popok tanpa harus ketergantungan pada popok terus.

Nah mengenai cara melatih anak untuk bisa lepas dari popoknya atau menerapkan toilet training ala saya adalah:

  1. Waktu yang tepat untuk mengajarkan toilet training adalah di saat anak sudah dapat berdiri sendiri, hal itu agar si kecil tidak terjatuh saat di toilet atau duduk memainkan air seni atau kotorannya.
  2. Mulailah mengajarkan si kecil untuk tidak memakai popok di siang hari terlebih dahulu, agar bunda tidak kerepotan membersihkan sprei setiap hari karena ompol si kecil di malam hari. Pada awalnya anak saya memang BAK di celananya, namun saya tidak pernah menyerah menjelaskan sambil mengajarkan kalau BAK harus melepas celana terlebih dahulu dan dilakukan di toilet, bahkan kadang – kadang di saat anak saya BAK di celananya saya bertanya dengan tegas kenapa BAK disitu dan dimana seharusnya dia BAK, lama – lama dia mengerti dan jika ingin BAK dia bilang “pis” sambil menunjuk toilet. Selain itu saya juga rajin mengajaknya ke toilet setiap dua jam untuk BAK, hingga akhirnya dia terbiasa.
  3. Jika si kecil sudah bisa mengontrol BAK di siang hari, mulailah untuk mengajarkan untuk jangan ngompol di tempat tidur di malam hari. Awalnya hal tersebut juga tidak sengaja saya terapkan pada anak, hanya mungkin karna terbiasa tidak ngompol di siang hari, jadi terbawa ketika tidur di malam hari, hingga meskipun dia tidur dengan memakai popok, namun tetap saja tidak akan piipis sebelum popoknya dibuka. Salah satu penyebab anak saya tidak ngompol di malam hari adalah karena dia jarang sekali mau minum susu pada saat tidur di malam hari. Biasanya dia akan minum susu sebelum tidur, hal ini juga bagus untuk kesehatan giginya.
  4. Untuk mengajarkan BAB di toilet juga perlu perjuangan lebih, awalnya anak saya tidak mau kuajak BABdi toilet, bahkan dia maunya BABsambil berdiri. Namun, sedikit demi sedikit saya terus mengajarkan untuk ke toilet, apalagi saat itu anak saya mengalami sembelit, dengan sedikit ‘paksaan’ akhirnya dia mau melakukannya di toilet. Dan how lucky mom i am, di usia 2 tahun ini, anak saya sudah bisa mengatakan pada orang tuanya jika hendak BAB atau BAK, meski kadang juga kecolongan.

Demikian pengalaman saya mengenai popok anak, intinya jangan terlalu memaksa jika si kecil belum bisa melakukan apa yang telah bisa dilakukan anak lain, karena perkembangan si kecil itu beda – beda. Yang terpenting banyak – banyak melatih si kecil agar lebih mandiri dalam perkembangannya. Salam happy mom :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun