Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jangan Pernah Berusaha Mendikte Reynal Prasetya

11 April 2023   19:30 Diperbarui: 11 April 2023   19:36 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggap saja ini hanya sekadar curhatan. Tapi bukan soal keluh kesah hidup atau kisah cinta yang nelangsa, melainkan tentang bagaimana saya ingin diperlakukan sebagai mana manusia. Tulisan ini akan mengupas bagaimana sisi terdalam personal saya sebagai manusia yang merdeka.

Saya akan memulai topik bahasan ini dengan satu sudut pandang bahwa kita akan secara otomatis terbuka dan secara ekspresif berbicara serta menuangkan perasaan secara jujur hanya kepada orang-orang yang membuat kita "nyaman" saja. Karena kita seringkali merasa canggung, gugup, takut serta grogi apabila sedang berhadapan atau berbicara dengan seseorang yang membuat kita tidak nyaman. Ini hukum psikologi!

Ada banyak hal yang pada akhirnya membuat kita kurang begitu nyaman dengan perangai seseorang, misalnya ia tidak bisa dipercaya, sering menyela pembicaraan, mau menang sendiri, sok kenal sok dekat, atau menjudge kita dengan seenaknya sesuai dengan pikirannya saja tanpa mau melihat dan mendalami fakta yang sebenarnya.

Secara otomatis saya bisanya enggan untuk terlibat dalam sebuah percakapan dengan tipe-tipe orang yang demikian. Sehingga seringkali saya memilih untuk menarik diri dan tidak ingin terlalu jauh berinteraksi serta berhubungan dekat dengan orang-orang semacam itu.

Akibat tindakan dan keputusan yang saya lakukan itu biasanya muncul komentar-komentar dari orang yang demikian bahwa saya katanya adalah orang yang amat dingin dan tertutup. Sehingga seringkali timbulah niat dan kecenderungan dari orang-orang tersebut untuk "mendikte" dan mencoba-coba untuk "merubah" diri saya.

Maka dari itu saya ingin tegaskan bahwa sampai kiamat sekalipun saya akan tetap seperti ini sesuai fitrah saya. Karena ini bukan soal mau atau tidaknya saya membuka diri, tapi ini soal bagaimana seseorang tersebut memperlakukan saya. Apabila saya merasa nyaman, maka akan secara otomatis saya akan menaruh respect dan tidak segan-segan bersikap ekspresif serta terbuka apa adanya pada orang tersebut.

Saya sendiri tidak pernah merasa kalau saya bermasalah, justru orang-orang yang kerap tampil dengan perangai yang kurang baik itulah yang sedang bermasalah. Karena selama saya hidup, saya selalu berusaha memperlakukan orang lain sebagaimana saya ingin diperlakukan. Rasanya tidak pernah saya mencoba-coba untuk "mendikte" dan berusaha untuk "merubah" orang lain. Itu adalah tindakan yang paling "egois" dan "primitif" di muka bumi ini.

Kebiasaan ini muncul lantaran saya dibesarkan di keluarga yang tak pernah banyak menuntut. Saya bersyukur sekali mempunyai orangtua, terutama Ibu saya yang selalu "membebaskan" saya untuk menjadi apapun. Bukan saja ketika saya sudah beranjak dewasa, akan tetapi semenjak kecil Ibu saya tak pernah menuntut ini itu pada saya. Sehingga saya tak pernah membawa beban berat untuk memenuhi ekspektasi orangtua saya.

Sejak kecil saya sudah diperlakukan sebagai manusia yang merdeka. Tak pernah sekalipun ibu saya berusaha "merubah" dan "mendikte" saya dengan keras. Saya di didik untuk menjadi pribadi yang mandiri dan independen dalam segala hal, termasuk pilihan hidup. Jarang sekali orangtua saya "mencampuri" urusan pribadi saya. Alhamdulilah sejak kecil saya sudah dibiarkan melenggang bebas menjadi diri saya sendiri sesuai fitrah dan jati diri saya.

Jadi manakala ada orang yang "mendikte" dan berusaha "merubah" diri saya, sontak saya jadi bertanya-tanya, siapa orang ini? Apa kepentingan dia berbuat demikian? Mengapa ia mengatur-ngatur dan menginjak-injak kepala saya? Sedangkan orangtua saya sendiri tidak pernah berbuat demikian. Maka dalam beberapa kesempatan, saya seringkali tersinggung dan paling muak apabila diperlakukan seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun