Ilustrasi menulis (Sumber: pixabay.com/StartupStockPhotos/122 images)
Menulislah untuk kehidupan, maka semesta akan membayar mu dengan caranya sendiri...
Bulan Desember kemarin bisa dibilang adalah rentang waktu dimana saya mulai produktif dan aktif menulis kembali di Kompasiana. Setelah hampir vakum 1 tahun, saya merasa tergerak kembali untuk menulis di platform ini.
Meski saya mulai menulis dipertengahan bulan, namun performa saya terlihat meningkat karena yang biasanya dalam satu bulan saya paling banyak bisa menghasilkan 10-15 tulisan, kali ini hanya dalam waktu 2 minggu saja, saya berhasil memproduksi sekitar 21 artikel.
Dari 21 artikel tersebut 5 diantaranya menjadi artikel utama (headline) dan mendapat views 300 lebih per satu artikel. Sebuah angka statistik yang terbilang lumayan bagi penulis amatir seperti saya ini.
Berdasarkan statistik tersebut saya pun mulai merasa pede kalau per-bulan Desember kemarin sepertinya saya akan mendapat K-rewards, tibalah masa pengumuman, Kompasiana pun mengumumkan top 25 penulis yang mendapat K-rewards.
Sesuai dugaan, nama saya tak ada dalam 25 daftar tersebut, memang hanya penulis-penulis lihai dan kawakan sajalah yang setiap bulannya pasti berhasil mendapat puluhan ribu views dan honor yang lumayan.Â
Sementara saya berusaha mengecek dibagian profil setelah 1x24 jam pasca pengumuman itu pun hasilnya tetap sama, nihil! Tak ada nominal yang muncul. Artinya saya tidak mendapat K-rewards setalah 1 tahun lamanya.
Perhatian saya pun tertuju pada Kompasianer bernama Capres 2024, dari photo profilnya sih terlihat ia merupakan penggemar Elvis Presley. Ia bertengger di posisi 10 peraih K-rewards edisi Desember 2022. Hebat juga, gumam saya dalam hati. Tulisannya hampir sering selalu nongol di laman populer Kompasiana.
Rupanya Kompasiana punya kebijakan baru yakni Kompasianer yang mendapat K-rewards 3000 views itu dihitung bukan hanya dari artikel pilihan saja, melainkan keseluruhan artikel yang di publish pada edisi bulan tersebut. Sehingga artikel-artikel yang tidak dapat label pilihan pun tetap dihitung viewsnya. Hmmm~
Tapi yasudahlah, saya tak perlu membandingkan diri dengan penulis lain. Saya juga tak perlu merubah style tulisan atau membuat konten-konten clickbait hanya demi sebuah views atau untuk mengejar K-rewards. Mungkin di lain waktu saya bisa bikin akun alter apabila ingin melakukan hal demikian :P
Namun satu hal yang pasti, rezeki setiap orang itu sudah diatur. Saya selalu percaya, ketika saya menulis di platform ini rezekinya bukan hanya dari K-rewards saja, tapi bisa dari mana saja dari arah yang tak disangka-sangka.
Sejatinya saya menulis untuk kehidupan, biarkan semesta yang membayar dengan caranya sendiri. Dan ini terbukti, siapa sangka penulis amatir ini pernah di wawancara oleh penulis yang ternyata merupakan staf dari Kemenristek RI.
Lalu kemudian beliau membuat sebuah website menulis dimana saya diajak untuk menjadi kontributornya di website tersebut. Dari situlah kemudian saya mendapat honor tambahan dari menulis.
Siapa sangka penulis amatir ini juga pernah di wawancara oleh salahseorang Mahasiswi study Ilmu Komunikasi Universitas Buya Hamka Jakarta untuk keperluan skripsinya. Hal yang tak disangka-sangka, semua itu terjadi berkat Kompasiana.
Hal-hal yang demikian tentu tidak akan pernah terjadi kalau saya tidak menulis di Kompasiana. Ternyata, kesempatan-kesempatan dan peluang-peluang tersebut jauh lebih indah dan berharga daripada sekadar K-rewards.
K-rewards memang penting dan berharga sebagai pelecut semangat untuk menulis, tapi hal itu bukan berarti sesuatu yang perlu diutamakan dalam menulis di platform ini. Apabila kita niatkan menulis untuk kehidupan, maka kehidupan pula yang nanti akan membayarnya melebihi nominal yang tidak pernah kita duga-duga.
Karena Kompasiana hanyalah wadah, tinggal bagaimana kita bisa memanfa'atkannya sebaik mungkin. Masalah dapat honor atau tidak itu belakangan, karena rezeki bisa datang dari mana saja, bukan hanya dari K-rewards.
Bagi saya K-rewards itu bonus, nulis di Kompasiana itu harus! Maka teruslah menulis untuk kehidupan.Â
Salam dari penulis amatiran [Reynal Prasetya]
