Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahaya Bullying dan Pentingnya Pola Asuh yang Baik

25 Juli 2022   17:46 Diperbarui: 25 Juli 2022   17:49 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop bullying (Sumber: Kompas.com)

Tentu masih segar dalam ingatan kita beberapa hari yang lalu kita mendengar berita ada seorang anak yang meninggal akibat depresi karena mengalami guncangan hebat akibat bullying dari teman-teman sebayanya.

Korban dibully dan dipaksa menyetubuhi kucing sambil di rekam oleh teman-temannya lalu video tersebut sengaja disebar untuk mempermalukan si korban. Sungguh ini perbuatan bidadab dan tak berperasaan.

Peristiwa tersebut terjadi di kabupaten Tasikmalaya. Yang mana korban ini baru berusia 11 tahun. Setelah kejadian itu akhirnya korban merasa sangat malu, depresi bahkan tidak mau makan berhari-hari, sang anak mengeluh sakit tenggorokan, sempat dirawat dirumah sakit hingga kemudian akhirnya meninggal dunia.

Sebagai masyarakat biasa, saya tentu sangat menyayangkan kejadian ini dan mengutuk para pelaku perundungan yang sudah melakukan tindakan keji dan bodoh itu. Karena ini bukan masalah spele, tapi masalah serius yang memang harus kita tangani bersama-sama.

Saya jadi teringat ketika saya masih duduk di bangku SD. Saya sering terlibat perkelahian bukan karena saya ingin menjadi jagoan, melainkan karena saya selalu membela diri ketika ada teman yang mengejek, memalak, menghina atau membully saya.

Puncaknya, baru saja beberapa tahun kebelakang, saya sampai harus berurusan dengan Polisi akibat saya emosi lalu meninju seseorang hingga tersungkur jatuh karena dia telah menghina, merendahkan, bahkan menantang saya berkelahi dengan gayanya yang seperti preman.

Anehnya ketika diladeni, orang yang petantang-petenteng tadi justru jadi lembek seperti tape dan malah lapor Polisi. Seperti itulah kira-kira mental seorang pembully. Dia senang mengejek, menghardik, memalak bahkan menghina orang lain akan tetapi sebenarnya mereka sangat rapuh, penakut, cemen apabila kita berani membela diri.

Itu yang sering saya lakukan ketika tiba-tiba mendapat tindakan bullying. Karena saya merasa perlu membela diri dan pelaku-pelaku bullying itu memang tidak bisa dibiarkan dan perlu diberikan tindakan tegas supaya dia "berhenti" melakukan aksi bullying nya itu.

Meskipun saya tahu, cara yang saya tempuh dengan menggunakan kekerasan fisik ini memang bukan cara yang paling tepat dan bijak. Namun dari pengalaman saya yang sejak SD pernah bebekali mendapat bullying meski tidak seserius dan sefatal yang dialami bocah di Tasikmalaya tadi, cara ini cukup efektif untuk menghentikan aksinya sejenak.

Namun biasanya ketika membully sudah menjadi kebiasaan mereka, maka mereka akan mencari mangsa yang lain. Biasanya orang yang lebih lemah dan tidak bisa membela diri. Semakin orang tersebut diam dan tak melakukan apa-apa, biasanya si pembully akan semakin menjadi-jadi dan melakukan tindakan bullying nya itu berulang-ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun