Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahaya Bullying dan Pentingnya Pola Asuh yang Baik

25 Juli 2022   17:46 Diperbarui: 25 Juli 2022   17:49 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop bullying (Sumber: Kompas.com)

Makanya saya merasa sangat jengkel, marah, sedih, prihatin, sekaligus miris ketika mendengar berita kemarin. Yang mana tindakan bullying yang dilakukan ini sudah sangat parah dan melebihi batas wajar kalau hanya dikatakan sekadar bercanda.

Sumpah saya sedih dan pasti akan nangis dan marah sejadi-jadinya apabila saya menjadi orangtua korban. Saya pasti tak akan mudah memaklumi kejadian ini hanya sebatas becandaan anak-anak saja.

Bagaimanpun pelaku harus ditindak dan diberi hukuman. Kasus ini sangat serius dan tidak bisa dibiarkan begitu saja hanya karena pelaku masih dibawah umur. Tetap saja ketika mereka telah berbuat salah mestinya ada hukuman sekalipun itu hanya hukuman ringan sebagai peringatan untuk mereka.

Karena bayangkan saja, si pelaku bukan saja telah menyakiti fisik si korban, namun juga si pelaku telah merenggut jiwa si korban, jati diri si korban, masa depan si korban.

Korban tentu saja akan mengalami dua kali lipat lebih sakit daripada biasanya. Bukan hanya fisiknya saja yang sakit akibat dipukuli, tapi juga jiwanya akibat dihinakan oleh teman-temannya sendiri.

Bayangkan apabila anak anda sendiri yang mendapat perlakuan seperti itu? Anak anda yang begitu anda cintai dipaksa menyetubuhi kucing dalam keadaan lemah tak berdaya, lalu aksinya direkam, ia menahan tangis namun teman-temannya justru tertawa diatas penderitaan dan rasa sakit yang ia rasakan?

Sejak saat itupula dia merasa sudah tidak punya harga diri lagi, hatinya menjerit kesakitan, dia merasa bukan lagi seperti manusia, jiwanya sudah terenggut, dia menangis dan sakit secara bersamaan. Wajar apabila kemudian ia depresi.

Apakah perlakuan tersebut layak dikatakan hanya sebatas bercanda? Benturkan kepala anda ke tembok jika mengganggap kejadian itu hanya bercandaan biasa!!!

Terlau naif kalau peristiwa pembullyan itu hanya dikatakan sebatas becanda yang jelas-jelas akibatnya bisa menghilangkan nyawa manusia. Anehnya, perstiwa-peristiwa pembullyan macam itu selalu dianggap biasa saja oleh orang kampung.

Peristiwa pembullyan yang terjadi di Desa atau Kampung jarang mendapat perhatian serius dari masyarakatnya. Bahkan mungkin kebiasaan orangtua yang membully dan kasar terhadap anaknya sudah menjadi kebiasaan tersendiri bagi orang-orang kampung.

Padahal jika ditelusuri kenapa seorang anak bisa jadi pelaku dan senang membully karena salahsatunya adalah pola asuh orangtua yang salah dan juga faktor lingkungan. Akibatnya seorang anak bisa ikut-ikutan untuk menjadi pelaku dan senang membully orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun