Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Open Jasa Menulis Gratis!

14 Desember 2021   20:33 Diperbarui: 14 Desember 2021   21:20 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis (Sumber: pixabay.com)

Malam itu saya tengah bersantai menonton film The Godfather, baru saja film diputar tiba-tiba telpon berdering, ah dia rupanya. Pasti dia sedang mencari bantuan mengenai pekerjaannya yang gemar dibebankan kepada orang lain.

Saya mencurigai didalam kepalanya tersimpan jargon, "kalau ada orang lain, kenapa harus saya?. Kalau ada yang bisa dimanfa'atkan kenapa tidak". Setidaknya itulah pantulan energi yang selama ini saya rasakan semenjak mengenalnya.

Salah satu skill yang dia punya adalah pandai membual dan mengumbar kata-kata manis. Apabila anda sedang butuh bantuan untuk memikat hati orang lain melalui mulut dan gerak-geriknya tunjuklah ia dengan segera.

Ya begitulah, manusia penuh dengan kekurangan, akan tetapi apabila dirinya tidak pernah sadar tentang kekurangannya maka hal itu bisa sangat merugikan orang lain dan orang disekitarnya.

Mirip orang bodoh yang tidak sadar bahwa dirinya itu bodoh. Akhirnya ia tetap tinggal dalam kebodohan karena ulah bodohnya itu.

Lalu apa yang dia minta dalam sambungan telpon itu? Sesuai dengan budaya Indonesia pada umumnya. Basa-basi manis yang nyaris tak ada gunanya. Lalu diapun bercurhat betapa banyak pekerjaanya, betapa sibuk dirinya sehingga dia tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya itu.

"Minta bantuannya ya, bikinin berita. Lagi sibuk nih blom lagi besok ada agenda lagi turun kelapangan. Entar kirim aja no rekening di TF."

Begitulah kira-kira isi daripada permintaannya. Padahal dia bukan atasan saya lagi dan saya bukan lagi menjadi bagian daripada perusahaan tersebut.

Muncul tanda-tanya seraya keheranan? "Terus selama ini karyawan lo ngapain aja? Karyawan segitu banyaknya masak ga ada yang becus bikin berita sih?" Timpal saya dalam hati.

Ini menjadi bukti bahwa, yang menunjukan seseorang bisa atau tidaknya mengerjakan atau menguasai sesuatu bukan karena dia berpendidikan atau punya gelar tinggi, bukan pula karena bakat atau keturunan, akan tetapi dia mau belajar atau tidak? Penasaran atau tidak?

Saya ini tidak ujug-ujug bisa dan ngerti gimana cara bikin berita. Saya bisa karena saya mau belajar dan penasaran dengan Ilmu Jurnalistik. Saya bisa karena saya sering membaca dan menonton berita. Itu saja rahasianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun